Jumat 12 Jan 2018 15:49 WIB

Pengamat: Swing Voter Bisa Menentukan di Pilgub Jawa Tengah

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Bayu Hermawan
Pengamat Politik Undip, Teguh Yuwono, dalam sesi wawancara, Jumat (12/1).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Pengamat Politik Undip, Teguh Yuwono, dalam sesi wawancara, Jumat (12/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Swing voter diprediksi bisa menjadi penentu dalam kontestasi pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2018. Hal ini tidak terlepas dari kemiripan latar belakang pasangan kandidat yang bakal bertarung menjadi pemimpin wilayah Jateng untuk selama lima tahun ke depan.

Pengamat politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Teguh Yuwono mengatakan, secara mesin organisasi, pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen dan Sudirman Said-Ida Fauziah, memiliki kesamaan berupa memadukan latar belakang nasionalis-religius. Ganjar-Yasin diusung PDIP, PPP, Nasdem dan Demokrat. Sementara Sudirman Said-Ida Fauziah diusung Gerindra, PAN, PKS dan PKB.

"Oleh karena itu strategiyang bakal dipertarungkan setidaknya bakal tidak jauh berbeda. Yakni mencari pemilih-pemilih yang swing vote atau pemilih yang belum memiliki kemantapan pilihan," ujarnya, Jumat (12/1).

Teguh melanjutkan, di kelompok mana swingvoter ini berada, menurutnya ada di pemilih menengah ke atas, mereka yang rasional serta mereka yang berpengaruh di dalam konfigurasi media serta mereka yang bakal menentukan wacana-wacana publik. "Saya kira kira peta pertarungannya ada di situ," ucapnya.

Oleh karena itu, Teguh melanjutkan ada beberapa indikator untuk bisa memenangkan pilgub Jawa Tengah 2018 ini. Antara lain mesin partai politik dalam menggarap pemetaan yang sudah jelas tersebut serta figur yang bakal saling berebut simpati pemilih. Teguh melihat baik figur pejawat maupun figur penantang cukup kuat untuk saling melakukan kompetisi secara ketat.

Indikatror lain yang tidak dapat dianggap sebelah mata adalah sumber daya. Yakni bagaimana sumber daya ini bisa mempengaruhi dan meyakinkan pemilih, bagaimana intesitas relasi serta program- programbakal ditawarkan oleh masing- masing pasangan calon untuk Jawa Tengah.

Teguh mengatakan, meski latar belakang mereka sama, pemilih bergerak ke arah bagaimna program-program tersebut diyakini akan mampu membawa perubahan yang lebih baik untuk Jawa Tengah. Apalagi pejawat, menurutnya bakal banyak dikritisi pekerjaannya selama lima tahun terakhir ini.

Sebab, masih menurut Teguh, pejawat di satu sisi diuntungkan secara elektabilitas. Namun di sisi lain juga berada di posisi yang tidak menguntungkan. "Karena kalau kinerjanya dianggap tidak berhasil akan menjadi bahan bagi lawan untuk melakukan serangan-serangan politik yang rasional dan berbasis program. Ini merupakan upaya untuk memperbaiki demokrasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement