REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru memprediksi La Nina lemah akan memengaruhi kondisi cuaca Provinsi Riau sepanjang 2018 ini.
"Tahun ini masih ada La Nina lemah. Kemungkinan kondisinya tidak jauh berbeda dengan 2017 lalu," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, Slamet Riyadi kepada Antara di Pekanbaru, Rabu (10/1).
La Nina merupakan fenomena alam akibat naiknya suhu permukaan di Samudera Pasifik dibawah rata-rata suhu sekitarnya. Hal itu berakibat pada meningkatnya curah hujan yang selanjutnya berdampak pada kondisi cuaca di beberapa daerah yang dilalui, termasuk Riau, Indoneia.
Pada 2017 lalu, La Nina berpengaruh pada kondisi cuaca di Riau, terutama pada saat musim kemarau tiba. Pemerintah Provinsi Riau yang sejak awal tahun 2017 menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan berhasil menekan angka luasan bencana tahunan itu secara signifikan.
Selain semakin solidnya koordinasi tim Satgas Karhutla, tidak dipungkiri La Nina turut berperan dalam menyelamatkan Riau dari belenggu kabut asap akibat Karhutla, seperti yang terjadi pada 2015 silam.
Slamet menjelaskan dampak La Nina terlihat pada kondisi cuaca di Riau sejak awal Januari 2018 ini. Dalam beberapa pekan terakhir, cuaca di Provinsi Riau cenderung hujan, bahkan pada pekan pertama Januari sempat menyebabkan Jalan lintas Riau-Sumbar putus akibat banjir.
"Pembentukan awal cukup bagus. Tapi untuk saat ini masih hujan ringan sampai sedang. Nanti dasarian 3 Januari hingga awal Februari akan terjadi peningkatan curah hujan," tutur Slamet.
Lebih jauh, Slamet mengimbau kepada pemerintah daerah untuk lebih waspada pada akhir Januari hingga awal Februari 2018. Menurut dia, selain peningkatan curah hujan di Riau, kondisi yang sama juga bakal terjadi di Sumbar.
"Akhir Januar-Februari, hujan agak masif di Sumbar. Perlu waspada di Hulu, terutama Kampar, Rokan Hulu, Kuansing dan Pelalawan," ujarnya.