Rabu 10 Jan 2018 14:58 WIB

Waspada Kasus Tertinggi DB di Sleman Terjadi Januari-Maret

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Pengasapan cegah demam berdarah (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pengasapan cegah demam berdarah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Nurulhayah mengingatkan Indonesia telah memasuki puncak musim hujan sehingga masyarakat harus waspada akan ancaman demam berdarah. Kasus demam berdarah di Kabuapten Sleman, misalnya, paling tinggi terjadi antara Januari sampai Maret.

Hal itu dikarenakan banyak masyarakat belum sadar jika puncak musim hujan baru terjadi pada awal tahun. "Tertinggi itu biasanya Januari sampai Maret karena musim hujan puncaknya di situ," kata Nurulhayah kepada Republika.co.id, Rabu (10/1).

Nurulhayah menuturkan, jika demam berdarah di Kabupaten Sleman banyak terjadi di daerah-daerah padat. Untuk itu, daerah-daerah padat, seperti Kecamatan Mlati, Ngaglik, atau Gamping harus lebih waspada.
 
Namun, ia menekankan, semua daerah di Kabupaten Sleman memiliki ancaman yang sama levelnya. Karenanya, Nurulhayah meminta kewaspadaan tidak ditingkatkan daerah-daerah padat melainkan semua daerah di Kabupaten Sleman.
 
Serangan demam berdarah merupakan salah satu ancaman besar yang menghantui masyarakat di Kabupaten Sleman. Terlebih, memasuki puncak musim hujan yang berlangsung selama akhir tahun sampai awal tahun baru.
 
Meski begitu, Nurulhayah berani mengatakan kalau angka demam berdarah terus mengalami penurunan. Bahkan, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, penurunan yang terjadi terbilang drastis.
 
"Kasus demam berdarah di Kabupaten Sleman menurun lebih dari 55 persen," kata Nurulhayah.
 
Ia menerangkan, jika dibandingkan setidaknya dua tahun lalu, penurunannya hampir mencapai angka 500 kasus. Nurulhayah mengingatkan, kasus demam berdarah yang terjadi di Kabupaten Sleman pada 2016 mancapai 800 kasus lebih.
 
Namun, lanjut Nurulhayah, pada 2017 kasus demam berdarah yang ditemukan berjumlah 350-an kasus, berbanding 450 kasus dari tahun sebelumnya. Penurunan itu terlihat pula dari korban meninggal dunia kasus demam berdarah.
 
"Tahun 2017 meninggal tiga, tahun 2016 meninggalnya sampai sembilan kasus," ujar Nurulhayah.
 
Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat senantiasa menjalankan gerakan masyarakat sehat, yang sampai sekarang terus disosialisasikan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Nuruhayah merasa, gerakan itu sudah semakin masif dilakukan.
 
Nurulhayah melihat, mulai olahraga teratur, makan makanan yang sehar sampai cuci tangan sebelum makan, sudah banyak dilaksanakan masyarakat. Ia berharap, itu menjadi suatu kebiasaan di tengah-tengah masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement