REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Jajaran Kepolisian Sektor (Polsek) Tanjungsari, Bogor, masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) jembatan di tempat wisata alam Penangkaran Rusa Cariu, Desa Sirnarasa, Kecamatan Tanjungsari, Bogor, Selasa (2/1). Jembatan ini ambruk pada Senin (1/1) sore, sekira pukul 15.15 WIB.
Kapolsek Tanjungsari, IPTU Muhaemin, mengatakan, dari penuturan tiga orang saksi yang merupakan petugas pos jaga penangkaran, jembatan jatuh saat wisatawan tengah berdesak-desakan di jembatan.
"Karena sudah sore, mereka ingin segera keluar dari penangkaran ke seberang menggunakan jembatan," ujarnya ketika ditemui Republika.co.id di lokasi kejadian, Selasa (2/1) siang.
Jembatan sepanjang 44 meter ini menghubungi Desa Buanajaya dan Desa Sirnarasa. Terbuat dari bambu dengan rangka besi, jembatan merupakan satu-satunya akses utama wisatawan untuk menuju ataupun keluar penangkaran.
Dandim 0621/ Kabupaten Bogor, Letkol Inf Fransisco, mengatakan, dugaan sementara jembatan ambruk disebabkan kelebihan muatan. Karena antusias pengunjung terlalu tinggi, jadi banyak orang yang melintas jembatan.
"Apalagi kadang ada yang iseng menggoyangkan jembatan di tengah-tengah," ucapnya.
Sejauh ini, Fransisco belum bisa menentukan apakah ada pengaruh dari kelalaian pengelola tempat wisata yang dalam hal ini adalah Perhutani. Tim investigasi gabungan akan terus melakukan penyelidikan guna mendapat penjelasan yang pasti.
Saat ini, penangkaran rusa masih ditutup dan tidak bisa diakses masyarakat umum. Fransisco belum bisa memastikan sampai kapan penutupan tempat wisata ini berlangsung.
Dari data Polres Bogor, jumlah korban ambruknya jembatan sampai Selasa siang ini sudah mencapai 39 orang. Empat di antaranya mengalami luka berat dan satu orang meninggal dunia. Korban tewas bernama Neni (45 tahun), warga Ciketing Barat, Bantar Gebang, Bekasi.