Sabtu 30 Dec 2017 23:20 WIB

Mendikbud Minta Pemasangan Chattra Borobudur Harus Hati-Hati

Wisatawan memadati kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (29/12). Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) menetapkan masa ramai musim liburan Natal dan Tahun Baru 2018 mulai 22 Desember 2017 hingga 2 Januari 2018 dengan target pengunjung mencapai 425 ribu.
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Wisatawan memadati kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (29/12). Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) menetapkan masa ramai musim liburan Natal dan Tahun Baru 2018 mulai 22 Desember 2017 hingga 2 Januari 2018 dengan target pengunjung mencapai 425 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan pemindahan atau pemasangan kembali chattra Candi Borobudur ke puncak stupa Borobudur tidak masalah. Namun, dia juga meminta agar pemasangan dilakukan dengan hati-hati.

"Mengenai rencana pemindahan atau pengalihan chattra, Kemendikbud sudah tidak ada masalah, tinggal diangkat secara teknis segera ditindaklanjuti," katanya, usai menghadiri "Borobudur Cultural Feast 2017" di halaman parkir Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (30/12).

Selama ini chattra, yang merupakan bagian puncak Candi Borobudur, tersimpan di Museum Karmawibangga di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur. Mendikbud meminta pemasangan kembali chattra tersebut agar dikonsultasikan dengan pihak-pihak yang memahami betul benda istimewa itu.

Ia berpesan agar dilakukan dengan hati-hati, mengingat nilai-nilai keagamaan yang terkait dengan chattra tersebut, ada ritusnya, ada ritualnya, ada makna di baliknya. "Jangan sampai nanti disalahpahami oleh berbagai pihak, niat baik belum tentu hasilnya baik kalau tidak dilakukan dengan baik juga," katanya.

Muhadjir meminta agar pemasangannya diatur dengan baik, sebagai bagian tidak terpisahkan inti Candi Borobudur. "Memang banyak pihak terutama tokoh-tokoh agama Buddha, tidak hanya Indonesia tetapi tokoh agama internasional meminta supaya chattra itu dikembalikan, semakin cepat semakin baik," katanya.

Arkeolog yang juga mantan Kepala Balai Konservasi Borobudur, Marsis Sutopo mengatakan di beberapa negara seperti India dan Myanmar masih banyak bentuk-bentuk chattra. Ia mengatakan saat candi Borobudur dipugar oleh Van Erp sekitar pada 1907-1911, ditemukan sisa-sisa batu yang diyakini bagian dari chattra. Kemudian batuan itu oleh Van Erp direkonstruksi dan dipasang, tetapi karena ragu-ragu lalu dibongkar lagi kemudian diletakkan di museum.

Marsis menuturkan untuk mengembalikan chattra perlu dilakukan kajian lebih mendalam, tidak bisa asal pasang atau asal rekonstruksi. Selain itu, dia mengatakan, Candi Borobudur adalah warisan dunia sehingga ada hal yang perlu dijaga, seperti integritas dan keasliannya.

"Kalau mau pasang chattra kembali, harus dilakukan penelitian yang lebih mendalam, jangan sampai salah pasang atau salah rekonstruksi," katanya.

Menurut dia perlu memperhatikan cara pemasangannya, kalau hal itu memenuhi prinsip pemugaran, maka secara teknisnya juga harus terpenuhi supaya nanti aman bagi pengunjung. 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement