Sabtu 30 Dec 2017 23:58 WIB

Perajin Tetap Optimistis Jual Terompet Kertas

Rep: Issha Harruma/ Red: Esthi Maharani
Warga melintas didepan pedagan terompet kertas di Kawasan Glodok, Jakarta, Rabu (27/12).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Warga melintas didepan pedagan terompet kertas di Kawasan Glodok, Jakarta, Rabu (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Jelang Tahun Baru 2018, para perajin terompet di Medan, Sumatra Utara semakin ramai mendapatkan pesanan. Namun, mereka mengklaim jumlah pendapatan menurun akibat kalah bersaing dengan terompet buatan pabrik.

Salah satu perajin terompet, Rusli menyebut, pendapatannya bahkan menurun 25 hingga 30 persen. Hal ini terjadi seiring dengan makin maraknya terompet atom berbahan plastik yang dijual di pasaran.

"Buatan kami kan masih mengandalkan bahan dari kertas," kata Rusli, Sabtu (30/12).

Rusli mengatakan, penurunan ini mulai jelas terlihat sejak tiga tahun terakhir. Laki-laki yang biasa disapa Uwak Uli ini mengaku, terompet berbahan kertas buatannya kalah bersaing karena buatan pabrik lebih tahan lama. Beruntung, dia memiliki pelanggan setia yang masih membeli terompet darinya.

"Tahun inilah yang paling nampak turunnya pesanan terompet. Untung ada pelanggan tetap saya yang masih menjual terompet berbahan kertas ini," ujar perajin yang telah 21 tahun menjual terompet itu.

Jelang pergantian tahun ini, Rusli menargetkan 13 ribu terompet buatannya terjual. Dengan dibantu anggota keluarganya, Uli mampu menyelesaikan 250-300 terompet per hari. Harga terompet ini tergantung bentuknya, mulai dari Rp3 ribu hingga Rp50 ribu.

"Tahun ini, target saya 13 ribu terompet harus terjual. Mulai tanggal 15 Desember kemarin sudah mulai ada pesanan, dari kota Medan sampai luar Medan," kata Rusli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement