Senin 25 Dec 2017 20:24 WIB

Cerita Sandiaga tentang Khitan Anaknya

Rep: Sri Handayani/ Red: Endro Yuwanto
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi rumah salah seorang anggota tim patroli pengawalan (patwal) Brigadir Togu Stevenson Naibaho yang merayakan Natal di rumahnya, Komplek Pondok Maharta, Pondok Kacang Timur, Tangerang Selatan, Senin (25/12).
Foto: Republika/Sri Handayani
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi rumah salah seorang anggota tim patroli pengawalan (patwal) Brigadir Togu Stevenson Naibaho yang merayakan Natal di rumahnya, Komplek Pondok Maharta, Pondok Kacang Timur, Tangerang Selatan, Senin (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno terlambat datang ke rumah pengawalnya, Togu Stevenson Naibaho atau Evan, yang sedang merayakan Natal. Ia mengaku harus membantu keperluan anaknya, Sulaiman Saladdin Uno, yang dikhitan di hari yang sama.

Sandiaga dijadwalkan tiba di rumah Evan, Selasa (25/12) pukul 15.30 WIB. Namun, ia baru tiba pukul 16.30 WIB. Ia mengaku sudah menginformasikan kabar keterlambatan itu kepada Evan.

"Telat? Setengah empat ya? Tadi Sulaiman kan baru dikhitan, terus tadi janjinya ke sini setengah empat, tapi mesti apa dia ada yang digantikan dulu gitu. Jadi bapaknya mesti ngurusin dulu," kata Sandiaga di kediaman Evan, Komplek Pondok Maharta, Pondok Kacang Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Senin (25/12).

Mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini menceritakan, Sulaiman menjalani prosesi khitan di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta. Ia sangat antusias menjalani salah satu kewajiban dalam Islam tersebut. Bahkan, kata Sandiaga, Sulaiman sudah meminta dikhitan setahun sebelumnya.

"Saya nggak nyangka Sulaiman itu udah setahun ini minta dikhitan. Dia minta sendiri," kata Sandiaga.

Saat hari khitan tiba, Sandiaga melihat Sulaiman sangat bahagia. Ia tampak antusias. Ketika prosesi sunat dilakukan, Sulaiman tak tampak kesakitan.

"Dia itu seneng banget. 'Yeeee dikhitan' gitu. Kita enggak tahu apakah dia bisa bedain apakah dia tahu sunat apa nggak. Tapi begitu dia dibawa ke rumah sakit di situ dia juga happy-happy banget," cerita politisi Gerindra ini.

Antusiasme itu juga terbawa hingga ke rumah. Karena penggunaan teknologi modern, Sandiaga mengaku Sulaiman sudah dapat berlari-lari sesampai di kediaman mereka.

"Pulangnya juga happy. Enak enggak disunat? Enak banget katanya. Cerita, terus, ya saya berharap jangan mau lagi dia disunat. Cuma sekali dia disunat," ujar Sandiaga sembari bergurau.

Momen ini sungguh berbeda dengan pengalamannya saat dikhitan. Ketika itu, Sandiaga mengaku takut menjalani sunat. Ia bahkan berharap sang Ayah, Razif Halik Uno atau Henk Uno, lupa bahwa ia belum disunat.

"Waktu saya mau disunat itu saya deg-degan banget gitu. Sampai dua tahun setelah kakak saya disunat itu, dikhitan, saya berharap ayah saya lupa saya belum disunat. Jadi ternyata saya takut gitu pas akhirnya di itu," cerita Sandiaga.

Sandiaga mengaku, Sulaiman tak menuntut hadiah atau perayaan tertentu di hari khitannya. Sulaiman cukup bahagia dengan kedatangan para saudara terutama para sepupu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement