REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana mencabut tanggap bencana di Bali terkait erupsi Gunung Agung. Dengan pencabutan itu diharapkan travel warning yang dikeluarkan oleh sejumlah negara juga akan dicabut.
"Kami akan laporkan ke presiden bahwa tanggap darurat itu dicabut. Once tanggap darurat itu dicabut travel warning juga akan dicabut," ujar Luhut saat meninjau pos pemantauan di Rendang, Karang Asem, Bali, Jumat (22/12).
Luhut juga tak terlalu memusingkan jika negara lain tetap tak mau mencabut travel warning itu. Karena hal tersebut bukanlah urusannya.
Ketika ditanya status awas yang saat ini masih menghantui Bali, apakah akan menjadi pertimbangan dalam pencabutan tanggap darurat? Luhut menjawab nanti akan ada mekanisme sendiri.
"Awas kan di sini aja (zona bencana 10 km dari Gunung Agung). Mekanisme nanti akan dibicarakan di dalam Ratas malam ini," ujar Luhut.
Pada Jumat malam ini sedang berlangsung rata menteri yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Ratas digelar di daerah Sanur.
Status Gunung Agung di Bali masih dalam keadaan awas atau berada di level IV. Belum ada penurunan status mengingat kondisi gunung yang masih bergejolak. Sekretaris Badan Geologi Badung Antonius Ratdomopurbo menjelaskan dari catatan grafik, terlihat Gunung Agung belum reda. Artinya sewaktu-waktu gunung bisa saja terjadi erupsi besar lagi.
"Sekarang ini dalam fase erupsi, belum selesai," ujar Antonius kepada Republika.co.id saat ditemui di pos pemantauan Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Karang Asem, Jumat (22/12).
Antonius pun mengaku tak bisa memastikan kapan proses erupsi ini akan berakhir. Kondisi itu bisa saja terjadi berbulan-bulan. "Grafik saat ini masih naik turun, belum sepenuhnya reda," ujarnya.
Berdasarkan catatan di pusat pemantau, garis grafik naik ke atas tertinggi pada 27 November 2017. Saat itu terjadi letupan besar yang menyebabkan warga harus diungsikan. Usai tanggal 27 grafik menurun, tapi masih naik lagi pada 5 Desember. "Total kapasitas mangkok Gunung Agung mencapai 600 juta kubik, saat ini magma baru 200 juta kubik, katanya.
Namun Antonius tak menampik jika kondisi pada tanggal 27 cukup tegang. Karena kondisi gempa cukup besar dan letupan material sangat banyak. "Pilihannya cuma dua letusan besar seperti 1963 atau tidak," jelas pejabat yang pernah bertugas di pos pemantang Gunung Berapi di Yogyakarta. Atas dasar itu, ia menambahkan, Basarnas melakukan evakuasi warga. "Kita ini mencegah."
Pantauan Republika.co.id dari pos pemantau pada Jumat pukul 13.30 WIB, kondisi Gunung Agung tertutup oleh awan tebal sehingga tidak bisa terlihat aktivitas melalui pandangan mata.