Rabu 20 Dec 2017 20:47 WIB

Lagi, Dua Warga Purwakarta Positif Difteri

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas medis merawat pasien penderita difteri  (ilustrasi)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Petugas medis merawat pasien penderita difteri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PUWAKARTA -- RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, kembali merawat dua pasien yang positif difteri. Dua pasien ini, kategori dewasa. Pasalnya, pasien tersebut berusia 17 dan 24 tahun. Kedua pasien itu, merupakan warga Kecamatan Kiarapedes dan Sukatani.

Direktur Utama RSUD Bayu Asih, dr Agung Darwis, mengatakan, kedua pasien itu masuk pada Sabtu kemarin. Jadi, keduanya dirawat sudah lima hari terakhir. Dia mengatakan, saat ini, ada perubahan trend kasus difteri ini. Sebelumnya, pasien difteri didominasi oleh anak-anak usia 16 tahun ke bawah. "Tetapi, menjelang akhir tahun ini penyakit tersebut justru memapar warga dengan kategori sudah dewasa," ujar Agung, kepada Republika.co.id, Rabu (20/12).

Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, lanjut Agung, kedua pasien itu dinyatakan positif difteri. Status positif itu, merujuk pada hasil pemeriksaan apus tenggorokan. Karenanya, kedua pasien dewasa itu mendapatkan perlakuan perawatan yang berbeda. Salah satunya, mereka dirawat di kamar isolasi, Ruang Melati.

Agung menyebutkan, selama dua tahun terakhir yaitu 2016 dan 2017, RSUD Bayu Asih sudah merawat 53 pasien difteri. Dari 53 pasien itu, 75 persennya anak-anak. Lalu, dari jumlah tersebut dua di antaranya meninggal dunia. "Seorang anak meninggal dunia di RSHS Bandung, serta seorang lagi dalam perjalanan menuju Bayu Asih," ujanya.

Kedua pasien yang meninggal dunia itu, juga dinyatakan positif difteri. Termasuk, anak yang dalam perjalanan ke Bayu Asih. Sebab, setelah diperiksa secara kasat mata, bagian leher anak yang sudah meninggal dunia itu bengkak. Jadi, dari ciri fisiknya juga sudah terlihat, bila pasien tersebut positif terpapar corynebacterium diphtheriae. "Saat ini, kedua pasien yang dirawat itu kondisinya mulai membaik," ujarnya.

Bila kesehatan pasien terus membaik, lanjut Agung, maka dalam waktu dekat mereka bisa kembali pulang ke rumah. Meskipun, standarisasi perawatan difteri ini minimalnya dua pekan. Namun, kembali lagi pada kondisi kesehatan pasiennya. Jika bagus, tak perlu dua pekan, mereka sudah bisa pulang.

Terkait dengan anti difteri serum (ADS), Agung menyebutkan saat ini stoknya masih mencukupi, yakni, masih ada delapan lagi. ADS itu, diperolehnya dari wilayah yang tidak ada kasus difteri. Seperti, Sumatra Barat dan Manado. Mengingat, saat ini ADS sudah tidak ada lagi yang memroduksi. "Karena penyakit ini dianggap sudah punah, maka tidak ada lagi perusahaan yang memroduksinya. Tak hanya di Indonesia, di dunia juga tidak ada," jelasnya.

Sementara itu, Kasi Survailance dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Eva Lystia Dewi, mengatakan, pihaknya fokus pada pencegahan penularan penyakit difteri ini. Makanya, 310 ribu anak usia satu sampai 19 tahun menjadi sasaran untuk divaksinasi. "Salah satu pencegahannya, melalui vaksinasi. Karenanya, pada program ORI difteri ini, anak-anak dengan kategori tersebut wajib untuk divaksin," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement