REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementerian Sosial mencetak rekor MURI dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas rekor Lomba Dapur Umum Lapangan (Dumlap) Taruna Siaga Bencana (Tagana) Terbanyak.
Penghargaan MURI tersebut diserahkan langsung kepada Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial saat puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2017 di Lapangan Kodam V Brawijaya, Surabaya, Rabu (20/12). Selanjutnya, penghargaan tersebut diserahkan kepada Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Lomba yang diikuti Tim TAGANA dengan 38 Mobil Dapur Umum Lapangan Tagana Kabupaten/Kota se-Jawa Timur tersebut mengharuskan setiap pesertanya menyiapkan makanan sebanyak 300 bungkus dalam kurun waktu dua jam. Menunya adalah nasi, tumis kacang panjang, telur bumbu bali, dan sambal.
Lomba digelar pukul 04.55 dan berakhir pukul 06.55. Sedikitnya 11.400 nasi kotak berhasil disajikan dalam lomba tersebut yang hasilnya akan dibagikan kepada seluruh peserta puncak peringatan HKSN 2017.
Ada empat kriteria penilaian yang dilakukan oleh tim juri yakni kualitas makanan, proses memasak, standard safety, dan rasa makanan. Hasilnya, Tim Tagana asal Kabupaten Trenggalek berhasil meraih juara I, disusul Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Banyuwangi di juara kedua dan ketiga.
"Ini menjadi modal Tagana untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada para korban bencana," ungkap Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Rabu.
Khofifah mengatakan, Tagana bertugas dalam hal pemulihan dan penguatan sosial korban bencana alam serta kerjasama dan pengelolaan logistik hususnya dapur umum di pengungsian saat terjadi bencana. Dalam Standard Operasional Procedure , mewajibkan Tagana hadir maksimal satu jam setelah terjadi bencana.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat mengatakan rekor MURI yang ditorehkan oleh Tagana Jatim adalah bukti konsistensi Tagana dalam bertugas dan melayani para korban bencana.
Menurutnya, kebutuhan logistik para korban bencana tidak bisa dianggap sepele. Tidak jarang malah berdampak buruk, jika logistik yang ada tidak dikelola dengan baik.
"Saya tidak menyangka Tagana mampu menyajikan masakan dengan cepat dan enak. Apalagi kebanyakan yang memasak adalah laki-laki," tuturnya.