Selasa 19 Dec 2017 14:27 WIB

Aher akan Cari Dana dari Pusat untuk Perbaiki Sekolah Rusak

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana di SD Negeri Sukasari 01 Kecamatan Rumpin, Bogor, Rabu (15/11). Tiga dari enam ruang kelas di sekolah tidak menggunakan meja dan kursi dikarenakan kondisi fasilitas yang sudah rusak.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Suasana di SD Negeri Sukasari 01 Kecamatan Rumpin, Bogor, Rabu (15/11). Tiga dari enam ruang kelas di sekolah tidak menggunakan meja dan kursi dikarenakan kondisi fasilitas yang sudah rusak.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar, terus melakukan inventarisasi sekolah yang rusak akibat gempa Tasikmalaya, Jumat (16/12). Menurut Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, ia akan segera melakukan perbaikan puluhan sekolah yang rusak akibat gempa.

"Kami akan usahakan untuk segera memperbaiki semua sekolah yang rusak. Tapi, kalau dialokasikan di 2018 pembahasannya sudah lewat. Makanya, kemungkinan kami mencari dana dari pusat," ujar Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher, Selasa (19/12).

Menurut Aher, Pemprov Jabar akan mengajukan dana pada pusat untuk perbaikan infrastruktur. Karena, memang pusat memiliki alokasi dana untuk itu. "Kan alokasi perbaikan sekolah di APBD 2018, yang sudah dialokasikan untuk sekolah yang sudah ada bukan yang rusak karena gempa. Jadi, kita ajukan dulu ke pusat atau menggeser anggaran yang ada," katanya.

Saat ditanya tentang penggunaan dana tanggap darurat untuk memperbaiki sekolah, Aher mengatakan, jumlah sekolah yang rusak akibat gempa tersebut cukup banyak. Jadi, anggaran tanggap darurat tak akan cukup. "Kami sedang menginventarisasi kebutuhan anggarannya berapa. Ini masih dihitung," katanya.

Sebelumnya, gempa Tasikmalaya, yang terjadi pada Jumat malam (17/2), berbagai fasilitas umum di Jabar cukup banyak yang rusak. Salah satunya, sekitar 40 sekolah di Jabar mengalami kerusakan. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jabar, Ahmad Hadadi, sekolah yang rusak di Jabar sebanyak 11 sekolah rusak berat dan 20 rusak sedang dan ringan.

"Paling banyak, sekolah yang rusak tersebut ada di Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya," ujar Hadadi kepada wartawan di sela-sela acara Forum Kebijakan Pendidikan dan Pembelajaran Orang Dewasa, di Hotel Harris Kota Bandung, Senin (18/12).

Hadadi menjelaskan, bangunan sekolah yang rusak berat itu di antaranya ada di SMKN Bantar Kalong Tasikmalaya sebanyak dua ruang kelas dan satu ruang guru rusak, SMAN Cigalantang satu ruang komputer dan dua ruang kelas, SMAN Karangnunggal satu kelas rusak berat dan 21 rusak ringan, SMAN Cipatujah, SMKN 3 Kota Tasikmalaya, SMAN 8 Kota Tasikmalaya benteng belakanganya roboh, SMAN 10 Kota Tasikmalaya satu kelas rusak berat dan lainnya. "Ya, paling banyak kerusakannya memang di Tasikmalaya," katanya.

Menurut Hadadi, perbaikan semua ruang kelas yang rusak tersebut saat ini masih menjadi skala prioritasnya. Dalam waktu dekat, ia akan menggelar rapat untuk menggeser-geser dana yang ada. "Sumber anggaran untuk memperbaiki ruang kelas yang rusak itu ada tiga. Yakni, bisa dari APBD 2017, APBN dan membuka CSR," katanya.

Hadadi optimistis, dari dana CSR akan banyak perusahaan atau lembaga yang memberikan dana untuk perbaikan ruang kelas yang rusak karena gempa. Karena, saat ini banyak perusahaan yang memberikan perhatian tinggi untuk pendidikan.

Saat ini, dia mengatakan, Dinas Pendidikan Jabar masih menghitung kebutuhan anggaran untuk memperbaiki gedung yang rusak tersebut. Yakni, dengan menurunkan tim teknis dari konsultan untuk mendata tingkat kerusakan dan perbaikannya seperti apa.

"Saya berharap, perbaikan kerusakan kelas bisa dilakukan saat siswa masih musim libur jadi tak akan terganggu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement