REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kebijakan Pemerintah Kota Solo yang memodifikasi fisik bus Begawan Abiyasa serta mengubah fungsinya menuai banyak protes. Bus yang mulanya diperuntukan sebagai sarana transportasi bagi penyandang disabilitas di Kota Solo itu kini diubah konsep dan fungsinya menjadi bus office.
Atlet balap kursi roda Solo, Doni Yuliyanto mengaku kecewa dengan dimodifikasinya bus Begawan Abiyasa. Terlebih bus tersebut merupakan hibah dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang ditujukan untuk memfasilitasi sarana transportasi bagi penyandang disabilitas. Menurutnya hal tersebut telah bertolak belakang dengan misi Pemkot Solo untuk menjadikan Kota Solo sebagai kota ramah difabel.
"Itu kan bus hibah, awalnya kan untuk akses transportasi bagi difabel kenapa malah dialihfungsikan. Pemkot harus merevisi lagi kebijakan itu," tutur Doni pada Ahad (17/12).
Doni menjelaskan bus tersebut mulanya merupakan bus yang disiapkan Pemrov Jateng untuk perhelatan Asian Paragames di Solo pada 2011. Kala itu, terdapat 10 unit bus yang disiapkan untuk atlet Asian Paragames. Usai perhelatan tersebut, Pemkot Solo mengajukan permohonan agar dua unit bus tersebut dapat dioperasikan di Solo untuk transportasi penyandang disabilitas. Pada 2013, Pemprov Jateng pun memberikan dua bus tersebut untuk dioperasikan di Solo.
"Semestinya kan diteruskan amanat itu, bukan malah dihilangkan. Apalagi tahun depan kita jadi tuan rumah Asian Paragames mestinya Pemkot bisa mendukung dengan memfasilitasi atlet untuk Platnas di Solo," katanya.
Sementara itu, Kepala Pengembangan Bakat dan Minat Anak, Yayasan Pembinaan Anak Cacat Kota Solo, Sugian Noor juga menyatakan kekecewaannya dengan alih fungsi bus Begawan Abiyasa. Dia mengatakan Pemkot Solo tak pernah berkomunikasi dengan komunitas-komunitas penyandang disabilitas terkait perubahan fungsi bus tersebut.
Sugian mengatakan selama ini pemanfaatan bus Begawan Abiyasa memang belum maksimal. Bus tersebut sering tak beroperasi. Terlebih diperlukan sopir dengan keahlian khusus untuk mengoperasikan bus tersebut. "Saya berharap Pemkot bisa mengkaji ulang pengalihfungsian bus Begawan dan lembali mengoptimalkan pengoperasiannya untuk sarana transportasi penyandang disabilitas," katanya.
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Solo, Taufiq Muhammad mengatakan diubahnya desain bus sejalan dengan misi Kota Solo sebagai kota yang dituju untuk kegiatan-kegiatan pertemuan. Untuk modifikasi bus tersebut, Pemkot Solo mengeluarkan biaya Rp 190 juta dari APBD. Proses modifikasi pun dilakukan selama dua bulan.
"Modifikasi ini kan sudah sejalan dengan visi misi Kota Solo sebagai kota meeting incentives convetion and axhibition," katanya.
Begawan Abiyasa kini dilengkapi dengan berbagai interior untuk keperluan rapat seperti di perkantoran. Casis bus yang semula rendah diubah lebih tinggi seperti bus pada umumnya. Bus juga dilengkapi sofa, ruang rapat, televisi hingga rak gelas. Bus tersebut pun berubah nama menjadi bus Gatot Kaca.