REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Faktor keagamaan menjadi salah satu alasan penting masyarakat Jawa Barat untuk menentukan pilihan mereka pada Pilgub Jabar 2018. Bahkan kondisi yang terjadi saat pilkada DKI Jakarta 2017 diprediksi akan berpengaruh terhadap Pilgub Jabar mendatang.
Kesimpulan tersebut merupakan hasil survei lembaga survei eLSID (Lingkar Studi Informasi dan Demokrasi) yang berlangsung 30 November-8 Desember. Survei melibatkan 630 responden di seluruh Jabar.
Direktur eLSID Dedi Barnadi menjelaskan, Pilgub Jabar 2018 tidak terlepas dari isu lokal yang berkembang saat ini. Meski faktor kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi menjadi alasan terpenting dalam memilih pemimpin, dasar agama juga tak kalah penting.
Dedi menyebutkan, dalam survei ini alasan memilih pemimpin karena mampu menyelesaikan permasalahan ekonomi dipilih 22,7 persen responden. Kemudian, faktor kejujuran dipilih 11,5 persen, keberpihakan ke masyarakat 10,8 persen, dan faktor keagamaan 10,5 persen.
Terlebih, kata dia, barisan koalisi di pilgub Jabar saat ini sangat mirip dengan pilkada Jakarta. "Nasdem, PKB, dan Golkar dukung Ridwan Kamil. Dan sepertinya Gerindra, PKS, dan PAN akan kembali berkoalisi di pilgub Jabar," katanya saat merilis hasil survei tersebut, di Jalan Trunojoyo, Bandung, Kamis (14/12).
Lebih lanjut, Dedi menerangkan, survei juga menjajaki tingkat keterkenalan calon wakil gubernur Jawa Barat 2018 yang akan dipilih Ridwan Kamil (Emil). Hasilnya, popularitas dan elektabilitas Uu Ruzhanul Ulum mengalahkan pesaingnya dalam perebutan posisi. Popularitas calon yang diusung PPP itu mengalahkan, Daniel Mutaqien (calon wakil gubernur yang diusung Golkar), serta Maman Imanulhaq dan Syaiful Huda (dari PKB).
Menurut Dedi, tingkat popularitas Uu mencapai 34,6 persen, mengalahkan Maman (30,1 persen), Daniel (23,4 persen), dan Huda (20,6 persen). Dari tingkat elektabilitas pun, bupati Tasikmalaya ini mengungguli para pesaingnya tersebut.
"Tingkat popularitas dan elektabilitas Uu hanya kalah oleh Abdullah Gymnastiar dan calon gubernur, yaitu Deddy Mizwar, Ridwan Kamil, dan Dedi Mulyadi," ujar Dedi.
Tak hanya itu, menurut Dedi, saat seluruh calon wakil Emil tersebut disimulasikan, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum meraih suara tertinggi dibandingkan saat Emil dipasangkan dengan ketiga calon wakil lainnya.
Simulasi pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, kata dia, meraih 37,1 persen, sedangkan Ridwan Kamil-Daniel (35,4 persen), Ridwan Kamil-Maman (34,7 persen), dan Ridwan Kamil-Huda (33,8 persen).
"Saat kami simulasikan dengan kandidat dari partai lain, Ridwan-Uu meraih 37,1 persen, mengalahkan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu (27,5 persen), dan Puti Guntur Soekarno-Mulyadi (7,1 persen)," katanya. Sedangkan responden yang belum memilih pada simulasi itu sebanyak 28,3 persen.
Sementara itu, bakal calon gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan harapannya terkait terpilihnya Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Golkar menggantikan Setya Novanto.
Dia berharap pergeseran kepemimpinan partai Golkar tidak akan mengubah hasil rekomendasi terhadap pencalonannya.
"Saya mengucapkan kepada bapak Airlangga selaku plt ketua umum Golkar yang akan melaksanakan munaslub mudah mudahan sukses. Kemudian juga kalau dari saya terima kasih selama ini institusi Golkarnya memberikan rekomendasi. Ya semoga tidak ada perubahan," ujarnya, Kamis (14/12) di Kota Bandung.
Dia menuturkan, dengan tidak adanya perubahan rekomendasi kepadanya maka bersama-sama bisa terus menyamakan visi dan misi dalam memenangkan pemilihan Gubernur 2018 mendatang. Dengan hasil akhirnya yaitu mensejahterakan masyarakat.
Saat disinggung apakah dalam waktu dekat akan menemui Ketua Umum Airlangga Hartanto, Emil mengaku belum ada rencana. Terkait dengan surat keputusan (SK) rekomendasi pencalonan dirinya di Pilgub Jabar dari Partai Golkar sejauh ini belum ada pembicaraan lebih lanjut.
Menurut dia, dia tetap berharap dengan pergantian ketua umum partai Golkar tidak berdampak pada rekomendasi terhadap dirinya di Pilgub Jawa Barat. "Semoga tidak ada perubahan terhadap rekomendasi," ujarnya.
(Pengolah: nashih nashrullah)