Kamis 14 Dec 2017 15:43 WIB

Carnival Kedokteran UMY Soroti Pola Asuh Anak Difabel

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Gita Amanda
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pola asuh anak berkebutuhan khusus memang memiliki cara penanganan yang berbeda. Orang tua dengan anak disabilitas harus menerima dan memahami kondisi anak. Jangan sampai karena berkebutuhan khusus, para orang tua terlena hingga hanya memanjakan tanpa tahu apa yang diinginkan oleh anaknya.

Hal tersebut disampaikan oleh Sholih Muhdlor, pengurus SAPDA (Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak) pada acara Carnival Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (14/12). Acara yang diselenggarakan oleh Human Right and Peace Committee Muhammadiyah Medical Students Activities (RPCO MMSA) Kedokteran UMY ini, bekerja sama dengan DAC (Deaf Art Community) dan SAPDA (Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak).

 

Acara yang dilaksanakan di sekolah luar biasa (SLB) Negeri 1 Bantul, Yogyakarta ini juga dalam rangka memperingati Universal Childrens Day yang diperingati setiap tanggal 20 November dan International Day of People with Disability tanggal 3 Desember.

 

Dalam pemaparannya, Sholih Muhdlor memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa potesi tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Selain itu, potensi yang dimiliki adalah bakat yang tidak bisa diubah oleh orang lain, kecuali dirinya sendiri.

 

Ada tiga hal yang berkaitan dengan pola asuh anak difabel. Berikan anak kegiatan yang sama dengan anak yang lainnya, namun jangan berikan aktivitas atau tugas kepada anak yang melebihi batas kemampuan anak. Biarkan sang anak menyadari kemampuan yang dimiikinya. "Kemudian jangan bandingkan anak dengan saudara atau teman yang tidak difabel, dan yang terakhir berikan reward atau penghargaan atas pencapaian yang didapat sang anak," ujarnya.

 

Para orang tua, lanjut Sholih, juga jangan sampai salah tujuan saat menyekolahkan anaknya. Jangan sampai tujuan utama orang tua agar anaknya mendapatkan nilai yang tinggi. Menyekolahkan anak tentunya bertujuan agar anak dapat bersosialisasi dengan anak-anak yang sebaya, dan anak-anak yang memiliki nasib yang sama.

 

"Pastinya juga bertujuan agar anak dapat hidup mandiri dan tidak minder dengan teman-teman yang lainnya. Karena sebagai orang tua pastinya tidak selamanya akan dapat mendampingi si anak, namun juga nantinya atau bahkan orang tua bergantung dengan anak-anaknya tersebut," kata dia.

 

Hal senada juga disampaikan Wakil Kepala Sekolah SLB N 1 Bantul bagian sarana prasarana, Suryadi. Menurutnya, peran orang tua sangat penting dalam tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, masih banyak para orang tua yang rupanya belum paham mengenai potensi anak berkebutuhan khusus.

 

"Dengan adanya acara ini orang tua bisa mendapatkan ilmu pengetahuan bagaimana untuk menangani ataupun menerima anak-anaknya. Harapanya bahwa orang tua dapat memahami dan menerima serta dapat mendidik anak sejalan dengan program sekolah, sehingga anak nantinya dapat berguna bagi masyarakat lainnya," ujarnya.

 

Wakil Kepala SLB N 1 Bantul bagian kesiswaan, Endang Pamungkas juga menambahkan bahwa orang tua harus diberikan kesempatan untuk dapat mengenali kebutuhan anak dan memberikan kemandirian kepada anaknya. "Harapannya anak dapat hidup mandiri, tanpa harus menggantungkan diri kepada orang lain," kata Endang.

 

Sementara itu, Briliana Putri selaku ketua panitia mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki potensi yang sangat luar biasa. Menurut dia, banyak anak yang memiliki cita-cita yang sangat mulia, baik itu menjadi dokter, polisi dan masih banyak lagi. Maka dari itu, ia menilai peran penting orang tua sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement