REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai disiapkan sebagai hub kargo internasional, khususnya Asia Tenggara. Bisnis kargo pesawat di Bali sangat potensial, bahkan menyaingi Singapura. Pertumbuhannya mencapai 80 persen per tahun.
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Ngurah Rai, Himawan Hindarjono mengatakan langkah yang diambil akan dimulai tahun depan. Pihaknya mencatat ada lebih dari 100 penerbangan internasional per hari atau tiga ribu penerbangan internasional dari Bandara Ngurah Rai setiap bulannya.
"Kantor-kantor dan kawasan bandara, seperti bea cukai ini misalnya bisa dimanfaatkan sebagai Tempat Penimbunan Sementara (TPS) untuk transhipment," kata Himawan kepada Republika, Kamis (14/12).
Himawan mengatakan pihaknya sedang menunggu peraturan dari Menteri Keuangan. Kawasan Bandara Ngurah Rai nantinya bisa menjadi Pusat Logistik Berikat (PLB) dan menampung barang-barang yang akan ditransitkan ke luar negeri.
"Ini kami lakukan dalam rangka mendukung Bali menjadi industri hub internasional," katanya.
Pembenahan kargo Bandara Ngurah Rai menjadi prioritas PT Angkasa Pura I tahun depan. Bandara terbesar di Pulau Dewata ini masuk ke dalam kategori bandara dengan jumlah penumpang 15-25 juta orang dengan nilai kualitas pelayanan bandara 4,93 dari skala lima versi Airport Council International (ACI) 2016.
Selain peningkatan jumlah penumpang, Bandara Ngurah Rai juga mengalami peningkatan jumlah bagasi dan barang melalui kargo pesawat, inbound dan outbound. Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Kelas I Ngurah Rai, Herson mengatakan potensi bisnis kargo perlu lebih diseriusi ke depan.
"Otoritas Bandara Ngurah Rai tahun depan akan merapikan gudang dan memperluas tempat penyimpanan yang ada. Tujuannya agar barang-barang yang menggunakan jasa kargo internasional bisa lebih banyak ditumpangkan di Bali," katanya terpisah.
Otoritas juga akan mempermudah Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pesawat transit. Gudang kargo yang besar dan kontainer-kontainer berpendingin juga disiapkan.
Herson mencontohkan pengusaha Australia yang ingin mengirimkan daging domba dan sapi ke Arab Saudi. Banyak pesawat Australia yang tidak bisa terbang langsung ke Tanah Suci, sehingga harus transit di sejumlah bandara. Bali termasuk pulau yang paling banyak disinggahi sementara oleh pesawat-pesawat asal Negeri Kangguru tersebut.