Rabu 13 Dec 2017 11:56 WIB

Refleksi Kepahlawanan Lafran Pane

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Seminar Refleksi Kepahlawanan Lafran Pane di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sleman, DIY.  Seminar dihadiri tokoh-tokoh nasional seperti Akbar Tanjung, Mahfud MD, Syafi'i Maarif dan Siti Zuhro. Rabu (13/12).
Foto: Wahyu Suryana / Republika
Seminar Refleksi Kepahlawanan Lafran Pane di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sleman, DIY. Seminar dihadiri tokoh-tokoh nasional seperti Akbar Tanjung, Mahfud MD, Syafi'i Maarif dan Siti Zuhro. Rabu (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar seminar Refleksi Kepahlawanan Prof Lafran Pane. Seminar yang diisi tokoh-tokoh nasional itu mencoba mengungkapkan peran besar Lafran Pane sampai dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Akbar Tanjung didaulat menjadi pembicara kunci. Dalam paparannya, ia menceritakan kisah perjalanan teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memperjuangkan Lafran Pane sampai didaulat menjadi pahlawan nasional. Setelah melalui proses yang terbilang sangat panjang, detik-detik terwujudnya Lafran Pane sebagai pahlawan nasional terjadi di Munas KAHMI. Sebab, di depan rekan-rekan KAHMI itulah Presiden Joko Widodo memberikan sinyal positif.

"Alhamdulillah, jadilah Pak Lafran Pane sebagai pahlawan nasional, tentu saja ini harus disyukuri karena kehormatan bagi kita," kata Akbar di Refleksi Kepahlawanan Lafran Pane, Rabu (13/12).

Setelah ini, ia mengingatkan, KAHMI memiliki tugas kenegaraan dan keumatan yang semakin berat di masa mendatang. Terutama, mengindentifikasi diri dengan spirit mempertahankan NKRI, mempertinggi derajat bangsa Indonesia dan mengembangkan ajaran Islam.

Akbar menilai, semua itu memang harus dilaksanakan HMI dengan menjadikan Lafran Pane sebagai tokoh panduan. Menurut Akbar, langkah-langkah itu sekaligus jadi bentuk syukur yang diwujudkan dengan semangat melanjutkan cita-cita perjuangan Lafran Pane.

Sementara, Mahfud MD yang hadir sebagai pembicara menilai, Lafran Pane merupakan satu sosok yang memiliki pikiran sangat maju. Dia pun mengingatkan pidato Lafran Pane dalam Dies Natalies IKIP Yogyakarta pada 30 Mei 1966. Termasuk, tentang pikiran Lafran yang mengatakan mungkinnya amandemen UUD, saat banyak orang ditangkap ketika membahas amandemen. Ada pula pikiran Lafran yang mempersoalkan posisi MPR sebagai kedaulatan rakyat.

"Ketika orang masih takut bicara amandemen Lafran Pane sudah bicara kemungkinan amandemen UUD, lalu hari ini MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara, tapi Lafran Pane sudah bicara itu tahun 70," ujar Mahfud.

Lafran Pane juga merupakan orang yang sejak dulu telah memiliki pikiran jika untuk memperkuat sistem presidential harus dilakukan lewat pemilihan langsung. Padahal, kala itu pemilihan langsung bahkan dianggap haram. Selain itu, ia mengingatkan jasa-jasa Lafran yang sukses menggabungkan keindonesiaan dan keislaman melalui HMI. Menurut Mahfud, Lafran pula yang menegaskan umat Islam Indonesia harus memiliki kesiataan dan berjuang mempertahankan NKRI berdasarkan Pancasila.

"Bagi Lafran, umat Islam Indonesia harus punya kesetiaan dan berjuang mempertahankan Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila bukan berdasarkan agama, dan persenyawaan konsep agama dan negara itu lahir dari HMI," kata Mahfud.

Seminar itu sendiri turut diisi pembicara-pembicara lain seperti Prof Siti Zuhro, Sjafri Sairin dan Ikram Parwiroputro. Turut hadir sejumlah keluarga Lafran Pane, dan segenap keluarga besar HMI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement