Selasa 12 Dec 2017 23:16 WIB

Hujan Bikin Ikan Sulit Ditangkap Nelayan

Nelayan yang tidak melaut memperbaiki jaring di Pelabuhan Branta Pesisir, Tlanakan, Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (28/11). Sebagian nelayan di daerah itu tidak melaut menyusul peringatan BMKG terkait Badai Siklon Tropis yang meliputi sejumlah daerah di Indonesia termasuk Jawa Timur dengan potensi tinggi gelombang antara 2,5 meter hingga enam meter.
Foto: ANTARA/Saiful Bahri
Nelayan yang tidak melaut memperbaiki jaring di Pelabuhan Branta Pesisir, Tlanakan, Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (28/11). Sebagian nelayan di daerah itu tidak melaut menyusul peringatan BMKG terkait Badai Siklon Tropis yang meliputi sejumlah daerah di Indonesia termasuk Jawa Timur dengan potensi tinggi gelombang antara 2,5 meter hingga enam meter.

REPUBLIKA.CO.ID, NEGARA -- Hasil tangkapan ikan nelayan di Kabupaten Jembrana, Bali, beberapa hari belakangan turun akibat hujan lebat yang mengguyur lautan di daerah itu.

"Sudah dua hari ini hujan lebat turun di laut, membuat ikan mencari air yang lebih hangat dengan menyelam ke perairan yang lebih dalam," kata Daman, salah seorang nelayan dari Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Selasa.

Ia mengatakan, saat cuaca bagus, ikan cenderung naik ke permukaan sehingga mudah untuk dilihat dan ditangkap dengan jaring. Namun, menurutnya, saat suhu permukaan air laut terlalu dingin, ikan-ikan akan masuk ke laut yang lebih dalam, membuat jaring nelayan tidak mampu mencapainya.

"Selain itu, dalam kondisi hujan, sulit melihat posisi ikan,'' katanya. ''Menebar jaring dengan asal-asalan akan percuma, kami hanya dapat capek menarik jaring tapi tidak berisi ikan.''

Cuaca buruk di laut juga membuat sebagian nelayan memilih untuk beristirahat di rumah. Salah satu nelayan, Madek Rahman, lebih memilih menunggu cuaca bagus untuk melaut. ''Saat ini lebih baik libur dulu. Dua hari dihantam hujan deras di tengah laut," kata Madek.

Hasil tangkap yang tidak menentu ini juga membuat pemilik perahu berhati-hati sebelum memberikan izin anak buahnya untuk melaut. Karena, modal yang mereka keluarkan itu cukup besar.

Herman, yang ikut mengelola perahu mengatakan, untuk sepasang perahu selerek dengan kapasitas tampung 40 ton, pihaknya harus mengeluarkan modal hingga Rp 10 juta dengan jarak tempuh hingga perairan Denpasar.

Saat ikan berada di perairan sebelah timur atau Denpasar, sekali berangkat perahu membutuhkan lima drum bahan bakar yang masing-masing berisi 200 liter solar. Mereka juga butuh 150 hingga 200 batang es serta kebutuhan lainnya.

"Kalau sampai di sana tidak dapat ikan, bisa dihitung kerugian kami. Tiga kali saja berangkat tapi tidak dapat ikan, sudah sakit kepala saya memikirkan modal," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement