REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemkab Sleman dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrim. Terlebih, puncak curah hujan baru akan dimulai pada akhir Desember dan berlangsung sampai awal Januari.
"Kita menggandeng 51 komunitas relawan se-Kabupaten Sleman," kata Kepala BPBD Kabupaten Sleman, Joko Supariyanto, selepas Apel Siaga Komunitas Relawan, Selasa (12/12).
Ia mengatakan, komunitas relawan di Kabupaten Sleman total memiliki lebih dari 1.970 anggota. Karenanya, selama dua pekan ini, minimal 300 relawan siaga selama 24 jam bersama TNI/Polri dan masyarakat.
Dalam cuaca ekstrim ini, ia menekankan koordinasi lintas sektor dan pihak-pihak terkait agar senantiasa siaga. Joko mengingatkan, cuaca ekstrim bisa menyebabkan curah hujan tidak menentu, angin kencang, banjir sampai longsor.
Selain itu, masyarakat terus disiapkan bekal kesiapsiagaannya melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana dan Sekolah Siaga Bencana. Menurut Joko, itu memang harus dilaksanakan karena bencana tidak dapat dihadapi relawan semata.
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun mengingatkan, dampak terhebat telah dirasakan ketika terjadi siklon tropis cempaka yang menyebabkan angin kencang, banjir dan longsor. Terlebih, Sleman merupakan salah satu daerah terdampak.
Terkait itu, ia mengungkapkan terima kasihnya kepada segenap pihak yang telah sigap merespon terjadinya bencana di Kabupaten Sleman. Sri menilai, bencana yang ada dapat tertangani dengan baik atas peran semua elemen masyarakat.
"Perubahan cuaca yang kita alami tahun ini terbilang ekstrim dilihat dari dampak yang ditimbulkannya, untuk itu perlu kesiapsiagaan semua jajaran, baik pemerintah, swasta, relawan dan tentu saja masyarkaat dalam upaya pengurangan resiko bencana," ujar Sri.
Advertisement