Selasa 12 Dec 2017 13:39 WIB

Pastika Jamin Wisatawan Aman Datang ke Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika memantau kondisi terkini Gunung Agung di Pos Pantau Rendang, Karangasem, Senin (27/11).
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika memantau kondisi terkini Gunung Agung di Pos Pantau Rendang, Karangasem, Senin (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Provinsi Bali, Made Mangku Pastika memastikan wisatawan aman berkunjung ke Bali meski erupsi Gunung Agung masih fluktuatif. Status awas atau level empat yang diberlakukan untuk Sang Giri Tohlangkir hanya berdampak pada 22 desa dalam radius delapan hingga 10 kilometer (km) dari puncak kawah.

Ini berarti jika suatu hari gunung suci umat Hindu Bali tersebut meletus eksplosif, maka destinasi pariwisata di luar zona merah tidak akan terganggu. Pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan pelaku pariwisata terkait juga telah siap dengan rencana kontingensi.

"Saya jamin wisatawan aman datang ke Bali. Hanya 22 desa terdampak dari total 716 desa yang ada di seluruh Bali. Itu pun baru berlaku jika letusannya sedahsyat 1963," kata Pastika dijumpai di Denpasar, Selasa (12/12).

Mantan Kapolda Bali tersebut memaparkan beberapa indikator berdasarkan analisis ilmu pengetahuan tentang proyeksi letusan Gunung Agung. Pertama, Gunung Agung tidak meletus selama 54 tahun terakhir dan tahun ini merupakan gejala letusan keempat. Skala ledakan vulkanis (VEI) Gunung Agung pada 1800-an berada di level dua hingga tiga. Sementara letusan 1963 berada pada skala lima yang merupakan letusan terbesar.

Gunung Agung terpantau empat kali meletus, yaitu 1808, 1821, 1843, dan terakhir 1963. Letusan 1963 terjadi setelah gunung tersebut tertidur selama 120 tahun "Jarak antara letusan kali ini dengan 1963 sekitar 54 tahun. Ini mengindikasikan Gunung Agung belum cukup umur untuk meletus sedahsyat 1963," kata Pastika.

Kedua, kawah Gunung Agung sebelum meletus 1963 sangat kecil, sementara kawah saat ini empat kali lebih besar dibanding sebelumnya. Pastika mengatakan potensi terjadinya semburan luar biasa nyaris tidak mungkin. Ketiga, sumber utama magma Gunung Agung saat ini berada di sekitar Tejakula, Buleleng. Pergerakan magma ini terus dipantau oleh lima satelit, sejumlah drone, dan pengamatan visual.

"Maka dari itu saya berani mengatakan sesungguhnya ancaman letusan Gunung Agung tidak seseram itu. Hal ini diperkuat dengan kesiapan eksternal kita, seperti jalan bagus, jaringan komunikasi lancar, kendaraan tersedia dalam jumlah banyak, plus petugas yang siaga," kata Pastika.

Hal yang menjadi kekhawatiran semua pihak saat ini adalah penutupan bandara. Sejauh ini, kata gubernur yang juga saksi kedahsyatan letusan Gunung Agung 1963 itu, semburan tertinggi abu vulkanis Gunung Agung adalah empat ribu meter dari puncak kawah. Jika angin bertiup ke selatan, maka Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai akan ditutup. Namun, jika angin bertiup ke barat dan timur maka bandara aman. "Sampai hari ini angin cenderung bertiup ke barat," kata Pastika.

Gunung Agung hari ini kembali menyemburkan abu vulkanis setinggi 1.500 meter dari puncak kawah. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Dewa Made Indra mengatakan sejak pagi hingga pukul 12.00 WITA, Gunung Agung mengeluarkan asap kawah bertekanan lemah hingga sedang. Warnanya putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang. "Terjadi hujan abu tipis di Pos Pantau Rendang," katanya.

Gunung Agung juga mengeluarkan 13 kali embusan berdurasi 58 hingga 110 detik, empat kali gempa frekuensi rendah berdurasi 46 hinga 60 detik, dua kali gempa vulkanik dangkal berdurasi tujuh hingga sembilan detik, tiga kali gempa vulkanik dalam berdurasi 10 hingga 19 detik dan satu kali gempa tektonik lokal berdurasi 70 detik. Tremor menerus (mikrotermor) masih terjadi dengan amplitudo satu hingga dua milimeter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement