REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah Provinsi Bali memastikan zona merah Gunung Agung sudah bebas dari pengungsi. Radius status awas atau level empat adalah delapan hingga 10 kilometer (km) perluasan sektoralnya.
"Kami mengestimasikan jumlah penduduk di radius tersebut 70 ribu jiwa. Jumlah pengungsi saat ini sudah melampaui itu, sehingga kami asumsikan warga di dalam radius tersebut sudah keluar semua," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Bali Dewa Made Indra dijumpai Republika.co.id, Selasa (12/12).
Data terakhir menunjukkan jumlah total pengungsi Gunung Agung mencapai 70.768 jiwa. Mereka tersebar di 237 titik dan mayoritas berada di Kabupaten Karangasem.
Pengungsi di Karangasem tercatat 41.963 jiwa di 131 titik, disusul Buleleng (10.774 jiwa di sembilan titik), Klungkung (11.271 jiwa di 43 titik), Bangli (963 jiwa di empat titik), Tabanan (676 jiwa di delapan titik), Denpasar (734 jiwa di lima titik), Gianyar (3.533 jiwa di delapan titik), Badung (487 jiwa di lima titik), dan Jembrana (367 jiwa di 24 titik). Made Indra juga memastikan kecukupan logistik pengungsi sampai hari ini.
Posko Induk Tanah Ampo memiliki air mineral 1.500 mililiter (211 kardus), air mineral gelas 240 ml (115 kardus), beras (13,11 ton), biskuit (27.990 bungkus), biskuit bayi (1.183 kotak), bubur bayi sachet (2.957 sachet), bubur bayi kotak (412 kotak), mie instan (6.651 kardus), susu bubuk (1.396 kotak), gula pasir (1.338 kilogram), aneka bumbu dapur, juga keperluan pribadi. "Khusus beras didistribusikan untuk stok per 14 hari," kata Made Indra.
BPBD juga menyiagakan lebih dari empat tangki air minum untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga yang mengungsi. Perbaikan jaringan pipa air milik PDAM yang terputus akibat aliran lahar hujan telah diperbaiki.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Karangasem, Ni Ketut Puspakumari mendata jumlah pengungsi Gunung Agung yang meninggal dunia mencapai 100 orang sejak 22 September hingga pekan pertama Desember 2017. Mereka matoritas dari kalangan lansia dan tersebar di titik pengungsian di sembilan kabupaten kota. "Mereka yang meninggal rata-rata lansia dan memiliki riwayat penyakit," kata Puspakumari.
Penyakit yang dimaksud adalah asma, termasuk di dalamnya stres atau depresi. Puspakumari mengatakan pemerintah daerah tidak menemukan pengungsi meninggal karena dampak erupsi Gunung Agung, seperti paparan ekstrem abu vulkanis, lontaran kerikil, atau lahar hujan.