Selasa 12 Dec 2017 13:04 WIB

Tekan Pernikahan Dini dengan Kampung KB

Rep: mansyur faqih/ Red: Dwi Murdaningsih
Suasana di Kampung KB Campakawarna.
Foto: republika/mansyur faqih
Suasana di Kampung KB Campakawarna.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Desa Campakawarna, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menjadi salah satu contoh daerah yang dianggap sukses mengatasi masalah pernikahan dini. "Desa ini memiliki riwayat tingginya pernikahan dini di lima tahun belakangan," ujar Dedi Hermawan, ketua Kampung KB Campakawarna beberapa waktu lalu. 

Memang, masalah menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang bisa dijumpai di banyak daerah di Tanah Air, khususnya kawasan pedesaan. Hal itu menjadi perhatian lantaran berpotensi meningkatkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi).

Tingginya AKI dan AKB tersebut lebih disebabkan pernikahan usia dini yang berlangsung pada perempuan dengan usia antara 15–20 tahun karena sebenarnya usia ideal menikah yang sesuai dengan pertumbuhan fisik perempuan mulai umur 21 tahun.

"Semenjak adanya Kampung KB, kami memiliki berbagai program yang bisa membantu pencegahan untuk anak yang ingin menikah pada usia dini. Program tersebut seperti penyuluhan dari berbagai Dinas seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang memberikan penyuluhan mengenai dampak dari pernikahan usia dini," kata Dedi.

Sejak terlaksananya program Kampung KB, dia menjelaskan, masyarakat mulai sadar akan program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Hal tersebut dilihat dari partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan. Seperti kegiatan keagamaan, gotong royong, serta kemauan masyarakat menggunakan alat kontrasepsi selain pil dan suntik.

"Selain itu setelah ada Kampung KB, juga ada beberapa program lainnya seperti bina keluarga lanjut usia, balita, dan remaja yang mulai aktif dengan berbagai pelayanan dan program seperti Genre (Generasi Berencana), PIKR (Pusat Informasi dan Konseling), pendidikan anak pada usia dini (PAUD), dan juga wajib belajar 12 tahun," kata Dedi.

Tingginya antusiasme masyarakat untuk terlibat di dalam program tersebut berdampak langsung pada pengurangan angka pernikahan dini di Desa Cempakawarna. Tak hanya berhenti di sana, program Kampung KB juga meningkatkan angka partisipasi sekolah anak-anak pada usia wajib belajar 12 tahun.

Meningkatnya motivasi anak untuk belajar juga berdampak pada berkurangnya angka pernikahan dini karena anak remaja cenderung memilih sekolah daripada harus menikah di usia dini. "Sudah tidak ada pernikahan di usia dini pada 2 tahun terakhir sejak dilaksanakan program Kampung KB di Desa Campakawarna," kata Dedi.

Mengusung pendekatan Membangun dari Pinggiran, program Kampung KB yang pertama kali dicanangkan Presiden Jokowi pada 2016 tersebut memilih Desa Campakawarna, Kecamatan Campaka Mulya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sebagai salah satu daerah sasarannya. Desa Campakawarna dipilih menjadi Kampung KB karena daerahnya terpencil dan merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat.

"Program Kampung KB menyasar daerah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi dan jumlah akseptor KB yang rendah," ujar H Nofrijal SP, MA, sekretaris utama BKKBN.

"Karenanya Desa Campakawarna dipilih menjadi salah satu daerah sasaran tersebut," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement