Selasa 12 Dec 2017 05:46 WIB

Laskar Bali Minta Maaf pada Muslim Riau Atas Perlakuan ke Ustaz Somad

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Teguh Firmansyah
Tongkat komando sempat menjadi pembicaraan hangat di kalangan warganet dalam aksi penolakan safari dakwah Ustaz Abdul Somad di Bali beberapa waktu lalu. Tongkat yang diduga senjata tajam tersebut dibawa salah satu anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) terbesar di Pulau Dewata, Laskar Bali saat merengsek masuk ke dalam Hotel Aston Denpasar, tempat Ustaz Somad menginap.
Foto:
Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya melakukan

Pertemuan di sebuah ruangan di Hotel Aston Denpasar berakhir damai. Ustaz Somad bersedia mencium bendera dan mereka bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, dengan syarat sesuai permintaan ustaz, tidak ada kamera foto dan kamera video.

Ismaya pun menyampaikan permintaan maafnya kepada Ustaz Somad dan Laskar Bali berkomitmen menjadi pelindung safari dakwah Ustaz Somad di Bali. Saksi yang hadir pada waktu itu adalah Kapolresta Denpasar, Dandim Badung, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Bali, perwakilan KRB, dan panitia acara.

Ismaya juga sempat memberikan pernyataan pada saat mediasi di lokasi. Pernyataan yang ditujukannya kepada Ustaz Somad itu berupa permohonan maaf atas kesalahpahaman yang sudah terjadi.

"Kami ini orang Bali. Jumlah kami umat Hindu sedikit. Maka dari itu, kami menganggap umat lain yang datang ke Bali sebagai saudara kami yang ikut serta menjaga Bali. Siapa lagi yang mau menjaga Bali jika kami tak mau berkeluarga dan bersaudara dengan umat lain? Saya pun menitipkan pesan kepada ustaz saat itu supaya membimbing kami dan menjaga kami," papar Ismaya.

Pria bernama lengkap Ketut Putra Ismaya Jaya ini meminta kepada media, ulama, kiai, ustaz, serta para sepuh dan guru seluruh Indonesia untuk membuka pintu hati melihat kebenaran dari seluruh pemaparannya. Laskar Bali tak ingin memperkeruh suasana yang hanya akan merugikan Bali sendiri.

"Kami di Bali tidak punya apa-apa. Kami tidak punya tambang. Kami tidak punya batubara. Kami tidak punya pabrik. Kami tidak punya kelapa sawit. Yang kami andalkan adalah pariwisata kami. Kenyamanan dan keamanan yang kami perlukan di sini. Jika kami ada masalah, hancurlah kami, sepilah Bali," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement