REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta kebijakan tidak mengunggah rapat pimpinan (rapim) ke akun Youtube tak dijadikan polemik. Keputusan itu berdasar pertimbangan yang lebih substantif, yakni menghindari terjadinya perseteruan antar warga di media sosial.
"Kita nggak mau tambah ribut, kalian (wartawan) juga bantu dong, jangan terus diangkat-angkat. Kan saya juga pantau, yang mendukung kita maupun nggak mendukung kita terus saja begitu (berserteru)," katanya di Balai Kota, Senin (11/12).
Sandi menyadari kebijakan ini akan selalu dibanding-bandingkan dengan era pemerintahan sebelumnya, Ahok-Djarot yang mengunggah rapatnya ke akun Youtube. Namun, dia menyatakan, yang terjadi hari ini justru akan menimbulkan dampak buruk jika rapat diunggah ke Youtube.
"Pasti kita dibanding-bandingkan (dengan Ahok-Djarot). Dan itu nggak bisa terlepas, bahwa kita akan selalu dibanding-bandingkan sama sebelumnya," ujarnya.
Sandi menilai, substansi dari pengunggahan rapat adalah keterbukaan. Kebijakan tidak mengunggah video ke Youtube bukan berarti menghilangkan aspek keterbukaan tersebut. Dia memastikan siapapun bisa mengakses video tersebut dengan bersurat ke Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik.
"Yang penting prinsip transparansi dan akuntabilitas itu nggak berubah," katanya.
Politikus Partai Gerindra ini menambahkan, wartawan juga berhak untuk mendapatkan video rapim tersebut dengan mengajukan surat ke Diskominfotik. Namun, Sandi mengingatkan, video tersebut harus digunakan secara bertanggung jawab dan tidak digunakan untuk memecah belah masyarakat.
"Tapi digunakannya untuk apa, kalau itu ujungnya jadi meme-meme itu kita tahu ini siapa yang merilis ke publik, berarti kan ada akuntabilitasnya di kalian juga. Kalau sekarang semuanya bisa dipermainkan begitu, nggak akan habis-habis ini, akan terpecah belah. Saya ingin menyatukan warga, media juga justru harus mempersatukan warga juga," imbuhnya.
Sandi menilai, pengunggahan video rapim ke akun Youtube tidak banyak bermanfaat. Dari yang sudah dilakukan, video yang diunggah hanya menjadi bahan saling ejek di antara pendukung dan bukan pendukung Anies-Sandi, bahkan menjurus provokasi.
"Kita pantau dari kemarin bahwa rapim yang pertama kita unggah itu ternyata digunakan sebagai meme, digunakan bukan hanya oleh yang tidak mendukung kami tapi juga yang mendukung kami membangga-banggakan dan memprovokasi," katanya.