Sabtu 09 Dec 2017 12:53 WIB

Muhammadiyah: Trump Bangun Soliditas Umat Islam dalam Negeri

Rep: Muhyiddin/ Red: Dwi Murdaningsih
Pembakaran. Peserta aksi melakukan pembakaran bendera poster  bertuliskan say no trump dalam  aksi damai di depan kantor Kedutaan Amerika Sertikat, Jakarta, Jumat (08/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pembakaran. Peserta aksi melakukan pembakaran bendera poster bertuliskan say no trump dalam aksi damai di depan kantor Kedutaan Amerika Sertikat, Jakarta, Jumat (08/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris jenderal Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Muti mengatakan bahwa umat Islam saat ini seperti di bawa ke dalam situasi yang konfrontatif secara terus menerus. Sebab, belum selesai dengan adanya isu dalam negeri terkait reuni aksi 212, saat ini umat Islam kembalidihadapkan dengan isu keputusan sepihak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

"Di dalam negeri kita belum selesai dengan 212 dengan reuninyaitu dan sekarang ditambah lagi dengan isu di mana Trump itu secara politikmengambil keputusan yang kontroversial," ujarnya dalam diskusi dengan topik Kotak Pendora Itu Bernama Yerussalem di Gado-Gado Boplo, Jakarta Pusat, Sabtu(9/12).

Kendati demikian, menurut Muti, sebenarnya sikap sepihak Trump tersebut secara tidak sadar juga telah membangun kesolidan dan persatuan umat Islam di Indonesia. Karena, Yerussalem merupakan salah salah satu tempat suci umat Islam dengan adanya Masjid Al Aqsa di dalamnya.

Menurut dia, sejak adanya aksi 212 umat Islam selalu berbedapendapat dalam beberapa hal, namun setelah adanya sikap Trump ini umat Islammulai kembali bersatu untuk mendukung rakyat Palestina.

Sebenarnya pada konteks dalam negeri sikap Trump itumembangun soliditas umat Islam, soliditas dalam pengeritian kalau selama inikita beda-beda pendapat soal beberapa hal, soal Palestina ini sama, kata Muti.

Seperti diketahui, Trump telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dalam pidato publiknya pada Rabu (6/12) waktu setempat. Trump juga menginstruksikan Departemen Luar Negeri AS untuk mulai merancang perencanaan dimulainya proses pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Langkah kontroversial Trump ini untuk menepati janji kampanye juga menindaklanjuti keputusan Kongres AS tahun 1995 yang meloloskan undang-undang yang mengatur kebijakan AS untuk memindahkan Kedubes ke Yerusalem.

Advertisement
Berita Lainnya