REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Anggapan bahwa harimau adalah musuh manusia sehingga boleh dimusnahkan harus diubah. Hal itu diungkapkan Staf Komunikasi dan Pelaporan Tiger Project pada Manajemen Unit Sumatera Tiger UNDP Hizbullah Arief.
"Masyarakat menganggap harimau itu menjadi ancaman. Pola pikir seperti ini yang harus kita ubah melalui pemahaman bahwa keberadaan harimau di hutan mempunyai manfaat menjaga kelestarian ekosistem," ujar Arief dalam paparannya pada Advokasi Konservasi Harimau Sumatra di Jambi, Kamis (7/12).
Ia mengatakan jika masyarakat telah memahami manfaat harimau bagi ekosistem maka dengan sendirinya bisa menjadi pihak yang dapat membantu dalam pengawasan keberlangsungan habitat satwa yang terancam punah itu.
"Jika masyarakat sudah mendapatkan pengetahuan tentang itu maka masyarakat akan bekerja sama dengan pihak penegak hukum untuk melakukan pengawasan," katanya.
Arief menjelaskan, populasi harimau sumatera terus terancam oleh berbagai macam faktor, antara lain deforestasi, alih guna lahan, perburuan liar, dan konflik dengan manusia. Tercatat ada 1.065 kasus konflik antara manusia dan harimau di pulau Sumatra dari tahun 2001 hingga 2016.
Berdasarkan data analisis populasi terbaru oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2017, populasi harimau Sumatra di alam liar saat ini kurang dari 700 ekor.
Menurut Arief, kegiatan Advokasi Konservasi Harimau Sumatra yang melibatkan sejumlah instansi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya keberadaan harimau sumatera.
Dikatakannya, harimau adalah predator puncak rantai makanan dalam menjaga keseimbangan ekologi hutan dan mengontrol populasi spesies di bawahnya. "Sebagai top predator, harimau mengontrol populasi satwa mangsa di bawahnya. Kalau harimau hilang maka satwa mangsa seperti rusa, babi hutan akan berkembang biak tanpa kontrol," kata Arief
Jika keberadaan harimau semakin jarang maka satwa seperti babi hutan dan rusa akan masuk ke ladang penduduk dan menjadi hama. "Babi hutan berkembang biak yang menjadi hama itu terjadi di Jambi, dan masyarakat sudah tahu. Jadi, sebenarnya tinggal pemahaman masyarakat itu sendiri untuk turut menjaga habitat harimau sumatra," katanya.