Kamis 07 Dec 2017 06:00 WIB

Kerukunan Umat Beragama di Lombok Barat Tuai Apresiasi

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Umat Islam dan Hindu di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Perang Topat di Kompleks Pura Lingsar pada Ahad (3/12) sore.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Umat Islam dan Hindu di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Perang Topat di Kompleks Pura Lingsar pada Ahad (3/12) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Keharmonisan umat beragama di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menuai apresiasi dari sejumlah daerah lain. Salah satunya Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Jabar), yang membawa rombongan pejabat dari bagian Kesra, Kesbangpolinmas, Kemenag, Kodim dan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bekasi.

Ketua FKUB Bekasi KH Sulaiman Zakairus mengaku terkesima menyaksikan pemandangan yang cukup unik saat perjalanan dari Bandara Internasional Lombok menuju Lombok Barat. "Ada bangunan tempat ibadah yang megah antara Masjid dengan Pura saling berdampingan. Bagaimana dengan kegiatan keagamaan masing-masing, apakah tidak terganggu," tanya Sulaiman di Ruang Rapat Jayengrana, Kantor Bupati Lombok Barat, Lombok Barat, Rabu (6/12).

Pemkab Bekasi mengaku ingin mempelajari kiat Pemkab Lombok Barat dalam membangun kehidupan harmonis antarumat beragama. Asisten I Bidang Kesra dan Pemerintahan Pemkab Lombok Barat Halawi Mustafa mengatakan, penduduk Lombok Barat memang mayoritas beragama Islam dengan persentase mencapai 94,34 persen. Namun, terdapat juga penganut agama lain yang hidup berdampingan, mulai dari umat Hindu (5,09 persen), Budha (0,27 persen), Protestan (0,20 persen), dan Katholik (0,08 persen). "Kerukunan umat beragama di wilayah kami belum pernah terjadi konflik yang cukup signifikan," kata Halawi.

Anggota FKUB Lombok Barat I Made Diate mengatakan, bentuk tradisi kerukunan beragama yang masih kental saat ini ialah ritual perang topat antara umat Islam dan Hindu. "Dalam ritual perang topat ini memang kita perang menggunakan ketupat, saling lempar, tapi setelah berakhir mereka saling rangkul penuh suka cita," ujar Diate.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement