REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Sebanyak 54 penerbangan ke Bali masih dibatalkan sepanjang Selasa (5/12) karena erupsi Gunung Agung. Sejumlah maskapai memiliki pertimbangan sendiri meski notifikasi Volcano Observatory Notice for Avition (VONA) sudah turun dari merah ke oranye.
"Kondisi bandara saat ini sudah normal. Pembatalan penerbangan ini murni kebijakan maskapai," kata Communication & Legal Section Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, Rabu (6/12).
Arie mengakui normalisasi atau recovery lalu lintas udara di Bandara I Gusti Ngurah Rai setidaknya membutuhkan waktu satu hingga dua pekan sejak bandara bertajuk leisure airport itu kembali dibuka setelah ditutup 2,5 hari. Pembukaan bandara ditandai dengan Notice to Airmen (notam) bernomor A4300/17 tertanggal 29 November 2017, pukul 14.28 WITA.
Rincian rute penerbangan yang dibatalkan Selasa adalah 31 penerbangan domestik dan 23 penerbangan internasional. Maskapai yang masih membatalkan penerbangan dari dan ke Bali adalah Garuda Indonesia, Lion Air Group, Sriwijaya Air, dan Citilink Indonesia. Maskapai asing yang masih membatalkan penerbangan ke Bali adalah Eva Air, Royal Brunei Airlines, Xiamen Airlines, China Southern Airlines, dan China Eastern Airlines.
Arie mengatakan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sudah mencapai 5,23 juta orang per Oktober 2017. Dia optimistis target pemerintah pusat terpenuhi, yaitu 5,5 juta wisman tahun ini. Kunjungan terbanyak adalah wisman Cina, mencapai 1,28 juta orang hingga Oktober atau 24 persen dari keseluruhan kunjungan. Wisman Australia terbanyak kedua, mencapai 925.583 orang atau 17,68 persen dari total kunjungan.
Sejumlah wisman mengungkapkan kekecewaan akan masih banyaknya maskapai yang membatalkan penerbangan ke Bali meski otoritas terkait sudah menyatakan Bali aman dan Bandara Ngurah Rai beroperasi normal. Andrew Laird asal Australia telah memesan tiket untuk penerbangan 17 Desember 2017.
"Jadwalnya semakin dekat dan penundaan penerbangan akan sangat mengganggu pelanggan tanpa adanya opsi yang jelas dari maskapai," kata Laird mengacu pada maskapai Jetstar.
Saif Shaikh dari Mumbai berencana berlibur ke Bali pertengahan Januari 2018. Meski jadwalnya masih lama, pria yang berprofesi sebagai staf pemasaran dan humas salah satu perusahaan di India itu masih ragu akan rencana tersebut. Dia pun meminta masukan apakah harus meneruskan atau menjadwal ulang agendanya di Bali.