REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Tokoh adat beserta Pemkot Pariaman, Provinsi Sumatra Barat, sengaja mengunjungi Kabupaten Purwakarta. Rombongan ini, merasa tertarik dengan konsep pariwisata yang digulirkan oleh daerah yang terkenal dengan Satai Marangginya ini. Sebab, Purwakarta mampu mengembangkan sektor kepariwisataan dengan basis kultur.
Wali kota Pariaman, Mukhlis Rahman, mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi dengan keterbukaan di area perkantoran Bupati Purwakarta. Bahkan, area perkantoran ini menjadi salah satu objek wisata bagi masyarakat. Dengan begitu, setiap harinya masyarakat bisa bebas mengunjungi area ini termasuk untuk swafoto.
"Saya belum pernah menemukan kabupaten/kota lain yang area perkantoran bupatinya bebas seperti Purwakarta," ujar Mukhlis, Selasa (5/12).
Apalagi, lanjut Mukhlis, area perkantoran bupati ini dibangun berdasarkan arsitektur kearifan lokal. Salah satunya, dengan menggunakan konsep 'julang ngapak' yang merupakan arsitektur bangunan khas masyarakat sunda (Jabar). Serta, adanya ornamen alami, yaitu taman dan air mancur.
Menurut Mukhlis, dirinya memang sangat penasaran dengan Kabupaten Purwakarta. Apalagi, wilayah ini sering kali diberitakan mengenai kepariwisataannya di berbagai media. Terutama media online. Ternyata, setelah datang langsung, pemberitaan tersebut benar adanya.
Karena itu, Pemkot Pariaman akan mengadopsi tatanan pembangunan di Purwakarta yang bisa diterapkan di tanah minang sana. Terutama, konsep wisata berbasis kulturnya. "Kami membawa 114 orang mulai dari unsur pemerintahan hingga lembaga adat. Konsep di Purwakarta yang berisi pelajaran tentang sejarah peradaban kita coba adopsi sesuai dengan kultur Kota Pariaman. Saya kira ini bagus," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, pola pembangunan di daerahnya dilakukan berdasarkan karakter wilayah. Sehingga, pembangunan yang dilakukan tidak mengganggu kultur yang telah lama berkembang di tengah masyarakat setempat.
"Desa, itu merupakan modal dasar suatu pembangunan di kabupaten. Makanya, pembangunan ini harus merujuk pada kultur pedesaan," ujarnya.
Konsep ini, dinilai bisa diterapkan di Pariaman, yang merupakan kotamadya. Yaitu, dengan menggunakan konsep pembangunan masyarakat perkotaan. Akan tetapi, adat di Pariaman jangan sampai hilang tergerus pembangunan. Justru, adat tersebut tetap harus dipertahankan.