REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo pada Senin (4/12), mengirimkan surat kepada pimpinan DPR yang mengusulkan agar Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjadi panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang memasuki masa pensiun pada 1 April 2018. Gatot pun mengaku bersyukur atas usulan Presiden itu.
Gatot tak ingin menunggu sampai ia pensiun pada Maret 2018 baru kemudian menyerahterimakan jabatan tersebut. "Karena itu tadi sudah diputuskan oleh DPR disetujui, maka sebaiknya agar ini efektif, saya akan di belakang, apa yang belum saya akan dampingi," katanya, di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (5/12).
Ia bersyukur sebagai prajurit TNI yang memiliki impian yang tinggi dan mampu mewujudkannya. "Saya mengucapkan syukur alhamdulilah bahwa sebagai seorang prajurit pasti punya mimpi tinggi, mimpi menjadi Panglima TNI semua prajurit menginginkan, apalagi perwira, dan saya bisa terwujud mimpi itu, karena saya jadi Panglima TNI yang melantik saya adalah Pak Jokowi, itu saya bersyukur," kata Gatot.
Gatot juga menilai, bahwa segala sesuatu sudah sesuai untuk persiapan karena juga penyiapan kader-kader sudah dilakukan sejak awal. "Semuanya sudah sesuai persiapan. Ini yang sudah dipersiapkan secara regenerasi. Penyiapan kader-kader yang disiapkan sejak awal. Saya ucapkan terima kasih bahwa langkah-langkah ini sudah dilakukan," katanya.
Nama Hadi Tjahjanto, kata dia, juga sudah diajukan ke DPR sehingga Gatot menegaskan, begitu sudah diputuskan oleh DPR atau disetujui harus segera diputuskan. Hal itu kata dia, agar tidak terjadi dualisme.
"Sebaiknya begitu sudah diputuskan oleh DPR bahwa disetujui jangan lama karena ini terjadi dualisme hanya tinggal satu langkah keppres saja," katanya.
Ia memilih untuk segera menyerahkan posisinya agar Panglima TNI yang baru bisa segera bekerja efektif. "Saya kerja juga pakewuh, Pak Hadi juga bagaimana, lebih baik efektif saja, begitu selesai, mungkin satu pekan, lima hari, saya pamitan," katanya.