REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu Negara Afghanistan Rula Ghani menyebut, bahwa konflik peperangan di negaranya masih sulit untuk dihilangkan. Banyaknya kelompok masyarakat yang saling berebut kekuatan, membuat Afghanistan masih belum aman ditinggali masyarakat.
Rula menceritakan, pada musim dingin lalu terdapat pemberitaan dari pust Provinsi Ghor yang menyatakan terdapat 29 orang dari sebuah keluarga besar telah dibantai. Setelah dicek langsung oleh Presiden Afghanistan, ternyata pembataian ini terjadi karena ada perseteruan antara pendukung kepala milisi setempat dengan pendukung lawannya yang memiliki ikatan kuat terhadap pejabat tinggi di Kabul.
"Perang sipil di Afghanistan sangat disayangkan masih sering terjadi. Meskipun penegakan hukum perlahan mulai berkembang," kata Rula dalam Simposium dengan tema 'Peran Ibu dalam Membangun Perdamaian', Senin (4/12).
Pemerintah Afghanistan masih harus menempuh perjalanan jauh untuk mengubah mentalitas rakyat yang terbiasa dengan kekerasan dan konfrontasi terbuka menjadi interaksi damai. Pemerintah perlu mengataasi kekerasan yang diciptakan kelompok-kelompok bersenjata. Selain itu, pemerintah juga harus mengatasi iklim kekerasan dalam cara individu untuk bersikap satu sama lain. Cara ini yang bisa dilakukan untuk mewujudkan perdamaian dalam masyarakat Afghanistan, atau yang dsebut sebagai Perdamaian Sosial.
Rula menuturkan, pemerintah Afghanistan telah banyak berbincang dengan berbagai kalangan termasuk organisasi-organsiasi perempuan dari banyak negara. Mereka merasa lelah melihat kondisi keamanan di Afghanistan.
Organsiasi perempuan yang ada di Afghanistan pun telah mengeluh dengan pembatasan ruang gerak mereka di provinsi karena disebabkan ketidakamanan. Hal tersebut akhirnya menyulitkan mereka dalam mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya. Persoalan ekamanan pun berdampak besar dalam aktivitas perekonomian.
"Dalam suasana kekerasan dilingkungannya juga memicu terjadinya banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga," ujarnya.
Ke depan, Rula akan berusaha mendorong perempuan untuk aktif berperan serta dalam menciptakan perdamaian di Afghanistan. Perempuan juga didesak agar memiliki pendapatan mandiri, tidak peduli seberapa kecil pendapatannya tersebut untuk dapat memperkuat peran mereka di dalam keluarga, yang kemudian akan memperkuat kondisi di lingkungannya.