Ahad 03 Dec 2017 20:03 WIB

Perang Topat Lombok, Potret Kerukunan Umat Islam dan Hindu

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Mohamad Amin Madani
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menggelar perayaan lebaran topat di Pantai Duduk, Batulayar, Ahad (2/7) pagi.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menggelar perayaan lebaran topat di Pantai Duduk, Batulayar, Ahad (2/7) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Umat Islam dan Hindu di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Perang Topat di Kompleks Pura Lingsar pada Ahad (3/12) sore.

Pura yang dibangun pada 1759 merupakan peninggalan zaman Raja Anak Agung Gede Ngurah, keturunan Raja Karangasem Bali yang sempat berkuasa di sebagian pulau Lombok pada abad ke-17 silam.

Dalam pura ini, ada dua bangunan besar yakni Pura Gaduh sebagai tempat persembahyangan umat Hindu, dan bangunan Kemaliq yang disakralkan sebagian umat muslim Sasak dan masih digunakan untuk upacara-upacara ritual adat hingga kini. Masyarakat Desa Lingsar, lanjutnya, selalu menggelar ritual perang topat atau perang ketupat pada hari ke-15 bulan ke tujuh pada penanggalan Sasak Lombok, yang disebut purnama sasih kepitu (Purnama bulan ketujuh), atau hari ke 15 bulan ke enam pada penanggalan Hindu Bali, yang disebut purnama sasi kenem (Purnama bulan keenam).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement