REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kementerian Perhubungan hingga saat ini masih menyiagakan puluhan bus di Terminal Tipe A Mengwi, Bali. Hal itu diperuntukkan bagi warga yang terpapar erupsi Gunung Agung.
"Setiap hari disiapkan 50-60 bus, tetapi kemarin mulai normal. Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sudah mulai melayani," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi kepada wartawan usai meninjau Terminal Tipe A Bulupitu, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (2/12).
Dalam hal ini, pihaknya sudah menyiapkan bus pariwisata maupun reguler namun belum dipakai. Kendati demikian, dia mengatakan jika suatu saat ada perkembangan atau dinamika yang berkaitan dengan peningkatan erupsi Gunung Agung, bus-bus tersebut siap digunakan. "Jadi, dari Bali ada yang ditarik ke Surabaya. Bahkan, ada yang ditarik langsung ke Jakarta," katanya.
Ia mengatakan bus-bus itu juga disiapkan untuk warga negara asing atau wisatawan mancanegara yang masa kunjungannya di Bali sudah habis sehingga harus segera kembali ke negaranya, sedangkan bandara sedang tidak melayani penerbangan akibat adanya erupsi Gunung Agung.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menyediakan bus untuk mengantar warga negara asing tersebut ke bandar di Surabaya atau Jakarta agar bisa segera kembali ke negaranya. "Kemarin saat saya ke Terminal Mengwi, Bali, terlihat cukup bagus, banyak bus yang disediakan oleh Perhubungan Darat berkaitan dengan penumpang-penumpang terpapar erupsi Gunung Agung," jelasnya.
Seperti diwartakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan jalur magma Gunung Agung makin terbuka menuju permukaan kawah karena aktivitas vulkanik masih tinggi dan berada dalam fase erupsi. "Kegempaan masih didominasi dengan kemunculan gempa-gempa vulkanik dalam maupun dangkal," kata Kepala PVMBG Kasbani di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Sabtu (2/12).
Dia menjelaskan terbukanya jalur magma tersebut terjadi sejak aktivitas kegempaan mencapai puncak pada periode September-Oktober 2017. Meski saat ini jumlah kegempaan tidak sebanyak pada dua bulan periode tersebut, kata Kasbani, bukan berarti aktivitas vulkanik sudah mereda.
Hingga saat ini, kata dia, tremor terus menerus dengan amplitudo melebihi batas kemampuan alat untuk merekam terus terjadi sejak 28 November 2017 yang mengindikasikan adanya intensitas aktivitas yang tinggi di dekat permukaan. Selain itu, gempa-gempa frekuensi rendah beberapa kali terekam dan hal itu berkaitan dengan pergerakan fluida magmatik ke permukaan.
PVMBG juga merekam data satelit yang secara konsisten merekam titik panas pada 27-29 November 2017 dengan temperatur berkisar 286,6-298,8 derajat Celsius dengan daya maksimum mencapai 97 megawatt. Kasbani menuturkan data satelit juga mengindikasikan erupsi efusif atau aliran lava ke permukaan masih terjadi di dalam kawah.
Erupsi efusif itu berimplikasi pada penambahan volume lava di dalam kawah dengan estimasi volume lava saat ini mencapai sekitar 20 juta meter kubik atau sepertiga dari volume total kawah.