Jumat 01 Dec 2017 18:02 WIB

Ternak Pengungsi Erupsi Gunung Agung Terus Dievakuasi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andri Saubani
Penampungan Hewan Ternak Pengungsi. Pengungsi memberi makan hewan ternak di penampungan hewan ternak pengungsi, Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (1/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Penampungan Hewan Ternak Pengungsi. Pengungsi memberi makan hewan ternak di penampungan hewan ternak pengungsi, Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata sekitar 14 ribu ekor ternak di zona merah Gunung Agung perlu diungsikan. Saat ini 8.543 ekor hewan ternak berhasil dievakuasi, sementara sisanya 5.457 ekor masih dalam proses.

"Ada 43 titik penampungan ternak tersedia," kata Kepala BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (1/12).

Sebanyak 22 desa dari total 78 desa di Karangasem dinyatakan sebagai kawasan rawan bencana (KRB) terdampak erupsi Tohlangkir. Mereka adalah Desa Sebudi, Amerta Bhuana, Duda Utara, Muncan, Peringsari, Selat, Pempatan, Besakih, Menanga, Sukadana, Ban, Baturinggit, Kubu, Dukuh, Tulamben, Buana Giri, Jungutan, Bebandem, Datah, Nawakerti, Pidpid, dan Ababi.

Karangasem merupakan ujung tombak sektor peternakan Bali. Populasi sapi kabupaten yang terletak di lereng Gunung Agung ini rata-rata 110 ribu ekor per tahun. Dari total 406 ribu jumlah penduduk, hampir 56 persen menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dengan menjadi peternak.

Ancaman erupsi di tengah status awas Gunung Agung membuat masyarakat Karangasem yang banyak menggantungkan hidup sebagai peternak terpaksa turun gunung. Warga yang memilih mengungsi bahkan mengobral sapi-sapi mereka kepada makelar yang memanfaatkan situasi genting.

Hal ini diakui Abdul Soim (33 tahun), seorang warga Desa Bukit, Kecamatan Karangasem. Harga ternak yang dijual jauh dari harga wajar, di bawah Rp 10 juta. "Bahkan ada yang menawar di bawah lima juta rupiah per ekor. Harga seekor sapi normalnya di kisaran Rp 15 juta," katanya dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (1/12).

Fenomena jual murah ternak ini sebetulnya sudah terjadi sejak Gunung Agung pertama kali bergejolak pertengahan September lalu. Soim mengatakan peternak memilih menjual ternaknya karena memprioritaskan evakuasi keluarga. Akses Desa Bukit yang cukup jauh membuat warga tak punya pilihan selain menjual murah hewan ternak mereka.

Sebelumnya, satuan tugas (satgas) khusus dibentuk untuk menangani evakuasi hewan ternak khusus pengungsi Gunung Agung. Tim gabungan ini terdiri dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dibantu Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Bali bersama Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem.

Tempat penampungan yang telah disiapkan tersebar di tujuh lokasi di Kabupaten Klungkung dan Karangasem. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syamsul Maarif mengatakan daya tampung di tujuh lokasi ini mencapai lima ribu ekor. Tim juga sedang mengidentifikasi lokasi-lokasi alternatif yang ditawarkan masyarakat.

Lokasi pertama tempat penampungan hewan ternak pengungsi Gunung Agung berada di Desa Besang, Klungkung dengan kapasitas 200 ekor. Kedua, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem di Desa Nongan, Kecamatan Rendang seluas satu hektare (ha). Daya tampungnya 600 ekor. Ketiga, Desa Cegeng, Kertabuana, Kecamatan Sideman, Kabupaten Karangasem dengan luas tiga ha. Daya tampungnya mencapai seribu ekor.

Keempat, Desa Manduang, Banjar Kalean, Kecamatan Klungkung. Luasnya 1,2 ha dengan daya tampung hingga 600 ekor. Kelima, Goa Lawah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Luasnya 4,5 ha dengan daya tampung 1.500 ekor.

Keenam, Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Luasnya tiga ha dengan kapasitas seribu ekor.Ketujuh, empat unit kandang sistem pertanian terintegrasi (simantri) di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Kapasitasnya mencapai 180 ekor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement