Kamis 30 Nov 2017 17:13 WIB

Elpiji Melon di Lampung Kosong, Diduga Permainan Pangkalan

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Budi Raharjo
Tabung gas elpiji tiga kilogram atau elpiji melon. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Tabung gas elpiji tiga kilogram atau elpiji melon. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Elpiji tabung tiga kilogram untuk rakyat miskin atau elpiji melon selalu kosong di pangkalan resmi yang ditunjuk Pertamina dalam kota Bandar Lampung. Kekosongan tersebut diduga terjadi permainan pihak pangkalan dengan pihak ketiga yang memborong elpiji melon dalam jumlah besar.

Pemantauan Republika di beberapa pangkalan resmi elpiji melon baik yang berada di SPBU maupun di pemukiman penduduk dalam Kota Bandar Lampung, Kamis (30/11), tidak pernah tersedia tabung gas melon untuk rakyat miskin tersebut. Pengelola pangkalan telah memasang tulisan Gas 3 Kg Habis. Padahal, tidak mungkin pangkalan tidak pernah memasok elpiji tersebut dari SPBE Pertamina dalam sepekannya.

Pangkalan elpiji di SPBU PT Surya Mas Sentosa Kelurahan Beringin Raya, pasokan elpiji tabung melon hanya bertahan tidak sampai seperempat jam sudah habis. Pembelinya, sejumlah kendaraan bermotor yang membawa tabung 10 sampai 20 tabung. Sebelum mobil truk pembawa tabung datang, pembeli bermotor menggunakan tas kanvas barang sudah nongkrong sebelumnya.

Mereka bekerja sama dengan pengelola pangkalan tabung agar mendapatkan jatah tabung melon dengan jumlah yang banyak. Sedangkan masyarakat umum hanya diperbolehkan membeli maksimal dua tabung. Itupun harus mengantre panjang dan lama. "Ini tidak adil, yang pakai motor bawa tabung 10 lebih diterima, sedangkan kita untuk rumah tangga hanya dua saja susah," tutur Winata, warga Beringin Raya.

Kerja sama pengelola pangkalan dan pembeli dalam partai besar karena selisih harga yang terpaut jauh dari harga jual membuat mereka tergiur. Pihak pangkalan menjual untuk masyarakat umum Rp 17.000 per tabung, sedangkan pembeli partai besar dengan harga yang sama namun terdapat tips untuk melancarkan pesanannya.

Pasokan elpiji yang dibawa motor tersebut untuk memasok ke rumah makan atau restoran, industri kecil dan menengah, juga warung-warung. Rumah makan dan restoran membeli kepada mereka bisa mencapai Rp 20 ribu per tabung. Lumayan pakai tabung kecil RP 20 ribu dari pada beli tabung 12 kg Rp 160 ribu, kata Iwan, warga setempat yang mengetahui gerak gerik penjual gas ke restoran dan warung.

Sedangkan pihak pangkalan resmi pertamina yang berada di pemukiman penduduk, juga tidak pernah tersedia elpiji melon untuk warga. Setiap pasokan datang dari Pertamina, tidak dijual untuk umum. Namun, setelah diselidiki mobil-mobil bak terbuka mengambil pasokan tersebut untuk dijual ke tempat lain.

Menurut Tomi, warga setempat, pangkalan hanya nama saja tetapi elpijinya dijual kepada pihak ketiga yang lebih besar. Mana pernah pangkalan menjual eceran kepada warga, yang ada mobil yang bawa tabung banyak mengambil. "Wajar kalau elpiji selalu kosong," katanya.

Pihak Humas Pertamina Panjang belum berhasil dikonfirmasi, Kamis (30/11), meski telepon seluler aktif dan pesan melalui whatsapp disampaikan. Sebelumnya, Sales Executive LPG Lampung Widhi Hidayat pernah menyatakan, pihaknya akan menjatuhkan sanksi mulai dari peringatan sampai pencabutan izin usaha agen atau pangkalan elpiji. Catatan Pertamina, sudah empat pangkalan elpiji dicabut izinnya sepekan terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement