Rabu 29 Nov 2017 12:19 WIB

Buku Maluku Staging Point RI Abad 21 Resmi Diluncurkan

Ilustrasi transportasi antarpulau di Maluku.
Foto: ANTARA/Embong Salampessy
Ilustrasi transportasi antarpulau di Maluku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maluku dan berbagai kawasan sekitarnya di Indonesia Timur dinilai akan menjadi "Staging Point" dalam penentu daya saing Indonesia di masa mendatang.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Bidang Kehormatan PDI Perjuangan, Komarudin Watubun dalam seminar sekaligus peluncuran buku terbarunya berjudul Maluku Staging Point RI Abad 21 di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (29/11) kemarin.

"Buku ini lahir dari renungan saya yang paling dalam. Saya menyaksikan bahwa Maluku harus menjadi 'staging point' baik perdagangan maupun politik Indonesia mengingat faktor kesejarahan dan sumber daya alamnya," kata Komarudin Watubun.

Ia mengatakan, Ia mengatakan, Maluku dan berbagai kawasan di sekitarnya di Indonesia timur memiliki nilai kesejarahan panjang sekaligus nilai strategis selama lebih dari 800 tahun baik di level global maupun regional Asia. Di masa yang akan datang, ia juga memprediksikan Maluku akan menjadi penentu daya saing Indonesia.

"Nilai strategis Maluku misalnya terletak pada mineral-mineral strategis yang dikandungnya," katanya.

Ia mencontohkan, di perairan Maluku ada 25 titik blok migas, 20 sudah dieksplorasi, salah satunya Blok Masela.

"Itulah sumber daya alam yang bisa dijadikan titik untuk menggerakkan Indonesia, kita punya modalnya, sumber daya manusianya, dan letaknya strategis," kata Komarudin.

Komarudin berharap buku yang disusunnya itu mampu memaparkan dengan gamblang dan menggugah banyak pihak tentang gambaran daya saing Indonesia hingga 100 tahun ke depan dengan melihat dan belajar dari nilai sejarah, serta nilai strategis kawasan ("staging point") Maluku.

"Sehingga diharapkan menggugah banyak pihak terkait semakin pentingnya posisi Maluku bagi Indonesia," kata dia.

Sementara Mantan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun yang pernah menjabat sebagai Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) pada Departemen Kelautan dan Perikanan (2005-2009) itu mengatakan, di masa lalu masa depan Indonesia ada di bagian barat wilayahnya.

"Tapi sekarang masa depan Indonesia ada di Indonesia timur. Alasannya sangat sederhana. Sumber daya alam di bagian barat sudah habis. Pandangan negara kita dulu semua sumber daya alam di Indonesia timur adalah cadangan nasional," katanya.

Oleh karena itu, kehadiran buku tersebut, dianggap sangat tepat disaat cadangan sumber daya alam di bagian barat Indonesia mulai menipis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement