REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kota Semarang, Jawa Tengah, meraih predikat sebagai Kota Sehat dengan penghargaan Swastisaba Wiwerda bagi kabupaten/kota yang menyelenggarakan Kota Sehat 2017 untuk klasifikasi pembinaan. Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Krisseptiana Hendrar Prihadi di Semarang, Selasa, mengatakan bahwa penghargaan itu merupakan puncak kegiatan yang sudah dimulai sejak Desember 2016.
Istri Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi itu langsung menerima penghargaan Swastisaba Wiwerda yang diserahkan oleh Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek. Tia, sapaan akrab Krisseptiana, menjelaskan sebenarnya ada sembilan tatanan yang dinilai tim verifikasi Kementerian Kesehatan, antara lain, kawasan permukiman, sarana dan prasarana umum, sarana lalu lintas. Selanjutnya, tertib dan pelayanan transportasi, pariwisata, ketahanan pangan dan gizi, masyarakat sehat dan mandiri, kehidupan sosial yang sehat, serta tatanan pertambangan dan kehutanan.
Namun, kata dia, Kota Semarang mengandalkan empat tatanan untuk capaian Kota Sehat, yakni permukiman dan sarana prasarana sehat, sehat mandiri, pariwisata sehat, serta ketahanan pangan dan perbaikan gizi. Untuk mendukung capaian itu, Ketua Forum Kota Sehat Kota Semarang itu mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan perencanaan yang mendukung Kota Sehat, seperti program Siswa Cari Jentik (Sicentik).
Program Sicentik, diakuinya, muncul karena kepedulian untuk menanggulangi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan memanfaatkan peran serta masyarakat, khususnya siswa sekolah. "Ada lagi, program kampung tematik, layanan ambulans Si Cepat untuk layanan kegawatdaruratan, dan target Kota Sehat secara jelas dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)," katanya.
Tia mengatakan bahwa Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan berbagai lembaga yang ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman (MoU), seperti dengan perguruan tinggi dan komunitas TB HIV. "Upaya juga dilakukan dengan meningkatkan kapasitas kader PKK selaku forum komunikasi tingkat kecamatan dalam mengembangkan potensinya, kemudian monitoring dan penguatan peran forum kesehatan kelurahan (FKK)," katanya.
Ketua Tim Penilai, Widayanti Bandia, mengatakan bahwa keterlibatan masyarakat Semarang dalam pembangunan kota sangat besar, dibuktikan dengan kategori tatanan mandiri sehat di sejumlah kelurahan. "Mereka aktif melakukan kegiatan donor darah, kegiatan bagi para lanjut usia (lansia), seperti senam, posyandu, kemudian pemeriksaan ibu hamil, gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), hingga rumah baca," katanya.
Dari kategori tatanan permukiman dan sarana prasarana sehat, kata dia, sejumlah kelurahan telah melaksanakan penataan baik dengan kampung tematik, seperti pengelolaan sampah, penyediaan lubang bioopori, dan pelatihan membatik. "Untuk tatanan pariwisata sehat dan ketahanan pangan, Pemkot Semarang bersama masyarakat bersinergi mengubah wajah kampung menjadi cantik dan indah yang berpengaruh terhadap pariwisata," katanya.