Rabu 29 Nov 2017 00:10 WIB

Cuaca Ekstrem, Nelayan Indramayu Berlindung di Pulau Kecil

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Nelayan tradisional membenahi jaring (ilustrasi).
Foto: Antara
Nelayan tradisional membenahi jaring (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -- Tingginya gelombang di laut akibat kencangnya tiupan angin membuat nelayan tradisional sulit mencari ikan. Mereka yang sudah terlanjur berangkat melaut pun terpaksa harus berlindung di muara dan pulau terdekat.

 

"Ketinggian gelombangnya mencapai tiga meter. Ini sangat berbahaya untuk nelayan kecil (dengan perahu berbobot kurangdari 10 GT), "ujar Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin kepada Republika.co.id, Selasa (28/11).

 

Kajidin mengatakan, cuaca ekstrem sudah terjadi sejak tiga hari terakhir. Namun, pada Selasa (28/11), angin kencang dan gelombang tinggi sudah terjadi sejak pagi hari.

 

Menurut Kajidin, nelayan yang sudah terlanjur berangkat melaut pun terpaksa harus berlindung ke muara terdekat. Seperti yang dialami perahu milik Kajidin, yang dijalankan oleh anak buah kapalnya (ABK), harus berlindung ke muara Cemara, Kabupaten Indramayu.

 

Sedangkan bagi perahu yang sudah terlanjur melaut ke tengah perairan Indramayu, kata Kajidin, mereka terpaksa berlindung ke pulau-pulau kecil di antaranya, Pulau Biawak dan Pulau Candikian.

 

"Mereka terperangkap di sana hingga cuaca membaik, " kata Kajidin.

 

Salah seorang nelayan di muara Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Warto, mengaku memilih tidak melaut karena melihat kencangnya tiupan angin. Dia mengatakan, kondisi itu rawan membuat perahu tradisional miliknya mengalami kecelakaan di laut.

 

"Ya terpaksa nganggur dulu sampai cuaca membaik, " kata Warto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement