REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwaringin Pilkada menjadi momentum untuk pesta demokrasi rakyat, bukan pemecah belah masyarakat. Hal tersebut, diungkapkan pria yang akrab disapa Demiz saat menjadi pembicara dalam expert meeting "Menyongsong Pilkada Serentak yang Berkualitas di Lumbung Suara yang digelar oleh Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Lipi),Senin petang (27/11).
"Bahkan sekarang terjadi polarisasi peristiwa Jakarta (Pilkada) ke Jawa Barat. Ini tidak bisa dimungkiri," kata Demiz.
Menurut Demiz, tidak ada upaya dari para elite politik untuk meredam konflik dampak Pilkada tersebut. Demiz menilai, partai politik (parpol) belum mampu membudidayakan berpolitik dengan baik. Selain itu, politik transaksional juga masih marak terjadi antara parpol atau kontestan Pilkada dengan masyarakat atau pengusaha.
Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut Demiz mengajak kepada semua pihak agar menjadikan Pilkada sebagai ajang pesta demokrasi melalui kemeriahan politik yang santun dan damai. Pilkada, harus mencerminkan bahwa perjalanan demokrasi bangsa ini semakin maju, sehat, dan berkualitas.
Menurut Demiz, saat kampanye 2013 lalu, ia pernah mengatakan bahwa Pemilihan Gubenur ini tidak terlalu penting dalam hidupnya karena tidak berpengaruh secara langsung untuk kalian masuk surga atau neraka.
"Yang penting itu bagaimana menjalin silaturahim di antara kalian dalam Pilkada ini dan itu langsung berhubungan langsung dengan kalian masuk surga atau neraka," kata Demiz.
Demiz menilai, semua harus melihat Pilkada ini betul-betul sebahai pesta demokrasi. Jadi, menikmati bukan menciptakan perpecahan dalam masyarakat. Apalagi seperti Pilkada Jakarta yang lalu, saling hujat di zaman era teknologi seperti ini.
"Ini bukan contoh yang baik. Jawa Barat semestinya menjadi tolok ukur yang baik ke depan," katanya.