REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika mengatakan Gunung Agung terus mengalami tremor nonharmoni cukup besar dengan amplitudo 1-10 mm (dominan 1-2 mm), Senin dini hari (27/11).
"Secara visual segi kegempaan dari seluruh stasiun PVMBG di sekeliling Gunung Agung merekam tremor nonharmoni cukup besar mulai Ahad (26/11) malam hingga saat ini," kata Kepala Bidang Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Senin.
Ia mengatakan, beberapa jam kemudian terjadi volume lava yang melalui pipa magma jauh lebih besar dari sebelumnya (over skill) sehingga terjadi tremor yang dialami gunung setinggi 3.142 mdpl ini.
"Hal ini menerangkan bahwa aliran lava dari dasar kawah gunung menuju ke atas kadang-kadang kecepatannya tidak sama. Artinya volume debit lava yang keluar tidak sama, jadi kadang-kadang besar dan kecil yang menjadi kekhawatiran kami," ujarnya.
Suantika mengatakan, jumlah aplitudo yang terekam pada Ahad (26/11) malam sudah mencapai super skill untuk di Stadiun Dukuh, Stasiun Pasar Agung, Stasiun Cegi dan Stasiun Yeh Kori. "Kelima stasiun ini membaca semua aktivitas sekeliling Gunung Agung yang mewakili lereng Selatan dan Utara," katanya.
Ia menerangkan, aktivitas tremor nonharmoni yang terjadi pada Ahad (26/11) malam terjadi dengan durasi durasi dua jam dari Pukul 21.00 Wita hingga Pukul 24.00 WITA. "Proses tremor nonharmoni ini terjadi secara terus menerus selama dentuman terjadi kemarin malam" ujarnya.
Menurutnya, tremor Gunung Agung sebelumnya terjadi di bawah "over skill" itu atau kira-kira hampir 40 persennya. "Karena saat over skill ini sudah mencapai 100. Untuk angka amplitudonya berbentuk digital sampai puluhan ribu skala dalam satuan digital. Ini belum kami konversi ke dalam satuan milimeter," ujarnya.
Dengan adanya tremor nonharmoni ini, status Gunung Agung dinaikkan dari level tiga (siaga) menjadi level empat (awas) pada Pukul 06.00 Wita, akibat tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik menjadi magmatik, sejak teramati adanya sinar merah di puncak gunung setinggi 3.142 mdpl ini pada Ahad (25/11) malam.
Untuk itu, area radius zona bahaya yang sebelumnya enam kilometer dinaikkan menjadi delapan kilometer dari puncak gunung ditambah perluasan sektoral yang sebelumnya radius 7,5 kilometer dinaikkan menjadi sepuluh kilometer kearah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya.
Pihaknya mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung, pendaki, pengunjung dan wisatawan tidak melakukan melakukan pendakian serta aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya area kawah gunung tertinggi di Bali ini.