Senin 27 Nov 2017 07:30 WIB

Dakwah Pemimpin, Perjalanan Hidup Wali Kota Padang

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Budi Raharjo
Buku 'H Mahyeldi Ansharullah: Sepenggal Kisah Perjuangan Sang Da'i' diluncurkan di Kota Padang, Ahad (26/11). Peluncuran buku juga dimeriahkan dengan Festival Literasi dan Edukasi. Wartawan senior Republika, Irwan Kelana, menjadi salah satu pembicara dalam diskusi mengenai perkembangan literasi di Indonesia.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Buku 'H Mahyeldi Ansharullah: Sepenggal Kisah Perjuangan Sang Da'i' diluncurkan di Kota Padang, Ahad (26/11). Peluncuran buku juga dimeriahkan dengan Festival Literasi dan Edukasi. Wartawan senior Republika, Irwan Kelana, menjadi salah satu pembicara dalam diskusi mengenai perkembangan literasi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,PADANG -- Bisa jadi buku yang bertajuk 'H Mahyeldi Ansharullah: Sepenggal Kisah Perjuangan Sang Da'i' menjadi salah satu buku dengan persiapan terlama. Sejak diinisiasi penulisannya pada 2009 lalu, buku yang menceritakan detil kisah perjalanan hidup Wali Kota Padang periode 2014-2019 ini akhirnya diluncurkan pada November 2017.

Nyaris satu dekade menunggu, kini masyarakat bisa menyimak perjuangan sosok pejabat yang tetap menjalankan prinsip dakwahnya dalam memimpin. Saat peluncuran buku, Mahyeldi sempat menyampaikan bahwa ia ingin menularkan semangat hidup melalui perjalanan hidupnya yang ditulis dalam sebuah buku. Apalagi ia sempat menjadi seorang garin masjid yang mempelajari ilmu agama Islam secara mandiri.

Ia juga lahir dari orang tua yang berjuang melawan kemiskinan. "Pesannya, bahwa bila kita bersungguh-sungguh, kita pasti bisa. Apapun latar belakangnya," ujar Mahyeldi saat peluncuran buku di Masjid Nurul Iman Kota Padang, Ahad (26/11).

Buku yang terdiri dari 110 halaman ini juga menceritakan peran sosok-sosok di sekeliling Mahyeldi yang mendukung perjuangan hidup dan kariernya. Tak hanya orang tua yang gigih memperjuangkan kelangsungan pendidikan bagi anak-anaknya, sosok istri juga disebut Mahyeldi memiliki peran besar dalam mengantarnya ke posisi saat ini.

"Selain peran besar orangtua saya yang luar biasa, istri juga berperan besar menjadikan saya seperti ini. Istri saya, yang kami menikah ketika akan masuk tahun ketiga perkuliahan, selalu memberikan dorongan," ujar Mahyeldi.

Mahyeldi menyebutkan, seluruh pengalaman hidup yang ia jalani sejak kecil ternyata mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Menurutnya, pengalaman sebagai anak seorang kuli angkat di Pasar Atas, Bukittinggi, serta pelajar yang nyambi menjadi seorang da'i, memberinya pandangan lebih luas dalam membangun Kota Padang.

Prinsipnya dalam berdakwah ia bawa dalam membentuk karakter Pemerintah Kota Padang. "Apa yang saya alami saya tuangkan dalam kebijakan," katanya.

Salah satu penyumbang tulisan dalam buku 'H Mahyeldi Ansharullah: Sepenggal Kisah Perjuangan Sang Da'i', Ikhwan Wahyudi, menuturkan bahwa penerbitan buku ini sempat terkendala pemilihan perusahaan penerbit. Penyusunan bukunya sendiri sebetulnya cukup singkat, yakni tiga bulan saja. Namun, dengan kesibukan Mahyeldi yang sempat menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat dan Wakil Wali Kota Padang, penerbitan buku sempat tertunda.

Medio 2017, akhirnya penerbit AMP Press menyetujui untuk mencetaknya. Ikhwan yang juga merupakan pewarta dari Kantor Berita Antara Sumbar menilai, paling tidak ada tiga pesan yang ingin disampaikan melalui buku ini. Pertama, katanya, adalah pesan bahwa inspirasi tidak hanya datang dari sosok pejabat.

Melalui buku ini ia justru terkesan dengan kisah ayah Mahyeldi yang berjuang sebagai kuli angkat di Pasar Atas, Bukittinggi. Meski ayah Mahyeldi hanya seorang lulusan SD, didampingi dengan istrinya yang hidup sederhana mampu mengantarkan anak-anak mereka menjadi "orang besar". "Yang penting adalah kemauan," ujar Ikhwan.

Pesan kedua, lanjut Ikhwan, adalah pesan bahwa pendidikan dakwah sudah seharusnya ditanamkan sejak kecil. Sosok Mahyeldi mengajarkan bahwa pelajaran tentang agama Islam tak harus didapat dari pendidikan formal. Meski tak pernah mengecap pendidikan formal tentang Islam. Mahyeldi sudah rajin memberikan khutbah Jumat sejak duduk di bangku SMA. "Dan meskipun masuk politik dia tetap istiqomah menjalankan karakter da'inya," katanya.

Sementara pesan terakhir adalah komitmen untuk menamatkan pendidikan. Dari keluarga Mahyeldi, masyarakat diajak memperjuangkan pendidikan anak-anak hingga meraih gelar pendidikan setinggi mungkin. "Apapun kondisinya, asal ada kemauan, pendidikan bisa dikejar," katanya.

Senada dengan Ikhwan, Yuni Cantika yang merupakan redaktur Harian Singgalang juga merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Yuni yang juga menyumbangkan tulisannya dalam buku ini menceritakan bahwa melalui buku ini, masyarakat bisa belajar tentang arti perjuangan hidup, tanpa meninggalkan prinsip dalam beragama.

Buku 'H Mahyeldi Ansharullah: Sepenggal Kisah Perjuangan Sang Da'i' bisa diperoleh di toko buku terdekat. Selain Ikhwan dan Yuni, buku ini juga ditulis oleh Dodi Nurja dari Harian Haluan, Ratna Sahara (penulis lepas), dan Lail Khair L Rasyid (penulis lepas).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement