Ahad 26 Nov 2017 20:49 WIB

Nurdin Halid Bayangkan Prabowo-Jokowi Bersatu

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Jokowi bertemu Prabowo Subianto.
Foto: AP Photo
Presiden Jokowi bertemu Prabowo Subianto.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid menyebutkan, jika ingin melakukan demokrasi dengan murah, melihat hasil survei, sebaiknya Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto bersatu. Meski elektabilitasnya tertinggi, posisi Jokowi Nurdin nilai belum aman jika kinerja dalam bidang ekonomi tidak meningkat atau bahkan menurun.

"Khusus di bidang ekonomi, hampir semua penguasa jatuh karena ekonomi. Ini harus menjadi fokus, karena yang puas hanya 46 persen, yang tidak puas juga 46 persen. Kinerja Pak Jokowi-JK di bidang ekonomi harus lebih fokus dan ditingkatkan," terang Nurdin di Sari Pan Pasific Hotel, Jakarta Pusat, Ahad (26/11).

Dalam survei yang dikeluarkan Poltracking Indonesia itu juga disebutkan, elektabilitas Jokowi dan Prabowo menjadi yang tertinggi. Elektabilitas Jokowi sebesar 53 persen, sedangkan Prabowo 33 persen. Menurut Nurdin, meski beda 20 persen, posisi Jokowi belum aman.

"Kalau kinerja ekonomi tidak bagus atau menhrun, bisa membuat elektabikitas juga menurun. Golkar bersama partai pendukung lainnya harus ikut mendorong kinerja pemerintahan, ekonomi, dan hukum," kata dia.

Jika melihat elektabilitas tersebut, Nurdin memprediksi keduanya akan kembali sangat berhadapan di pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Meski begitu, ia menganggap, bila ingin melakukan demokrasi yang murah, sebaiknya keduanya bersatu.

"Kanan kiri saya bersatu ini selesai. Biaya demokrasi murah dan pemerintahan bisa berjalan dengan bagus," tutur pria yang duduk di antara Sekjen PDIP dan Sekjen Gerindra itu.

Pada kesempatan itu ia juga mengucapkan selamat kepada Partai Gerindra yang berdasarkan hasil survei itu menyalip Partai Golkar. Selamat juga ia sampaikan ke Partai PDIP yang berhasil mempertahankan posisi tertingginya

"Waktu masih satu setengah tahun. Golkar setelah konsolidasi, bulan Desember atau Januari, itu akan kembali menduduki posisi nomor dua," jelas dia.

Elektabilitas Partai Golkar yang hanya 10 persen dalam survei itu tak membuat Nurdin kaget. Hal itu, kata dia, sudah diprediksikan sebelum-sebelumnya karena kondisi Golkar saat ini menghadapi musibah.

"Tapi ketika keluar dari badai, insyaallah Partai Golkar akan bisa meningkat," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement