REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Dua penerbangan rute Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dan Lombok (Nusa Tenggara Barat) dibatalkan karena alasan teknis. Ini tejadi di tengah erupsi beruntun Gunung Agung sejak Sabtu (25/11) sore.
"Ada enam penerbangan hari ini batal karena masalah teknis, termasuk dua penerbangan rute Lombok dan Labuan Bajo," kata Communication & Legal Section Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, Ahad (26/11).
Dua penerbangan itu, kata Arie di bawah maskapai nasional, Garuda Indonesia. Rutenya adalah Labuan Bajo - Denpasar - Labuan Bajo, dan Lombok Praya - Denpasar.
Selain maskapai domestik, sejumlah maskapai asing juga membatalkan penerbangan tujuan Denpasar karena alasan teknis. Keempatnya adalah Jetstar rute Singapura - Denpasar - Perth, Cathay Pacific rute Hong Kong - Denpasar - Hong Kong, Malindo Air rute Bangkok - Denpasar - Bangkok, dan Hong Kong Air rute Hong Kong - Denpasar - Hong Kong.
Arie mengatakan alasan teknis yang dimaksud tidak selalu karena erupsi Gunung Agung. Otoritas bandara mencatat baru 22 penerbangan dari empat maskapai asing yang membatalkan, menunda, atau mengalihkan jalur penerbangannya karena alasan letusan freatik Gunung Agung Sabtu (25/11). Keempat maskapai asing tersebut adalah Jetstar, Virgin Air, KLM, dan Qantas. Mereka terdiri dari delapan rute kedatangan internasional, 13 rute keberangkatan internasional, dan satu penerbangan domestik.
Badan Geologi dan Mitigasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaikkan notifikasi Volcano Observatory Notice for Avition (VONA) dari oranye menjadi merah. VONA merah berarti lontaran abu vulkanik dari Gunung Agung sudah lebih dari seribu kaki. Secara teori, kode merah berarti bandara ditutup, namun itu bergantung ke kekuatan erupsi dan arah anginnya.
Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Kelas I Ngurah Rai, Herson mengatakan kode merah bukan berarti bandara langsung ditutup. Arah abu vulkanik yang cenderung ke timur sampai tenggara masih memungkinkan bandara beroperasi normal.
"Hanya empat maskapai asing yang membatalkan penerbangan karena masing-masing maskapai mempunyai kebijakan, sementara masih ada 20 maskapai penerbangan masih beroperasi di Bandara Ngurah Rai," kata Herson dijumpai Republika.
Herson mengatakan otoritas bandara sudah mempunyai standar operasional prosedur (SOP) terkait kode notifikasi VONA. Penutupan Bandara Ngurah Rai harus berdasarkan data valid dari Pusat Informasi Semburan Abu Vulkanik (VAAC) yang bermarkas di Darwin, Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta laporan visual dari pilot.
"Abu vulkanik masih belum terdeteksi di Bandara Ngurah Rai, sehingga masih belum kita tutup," ujarnya.