Jumat 24 Nov 2017 13:39 WIB

ASEAN Kenalkan Institusi Riset Perdamaian ke UMY

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPAR) menggelar seminar bertajuk Peran ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPAR) dalam Memajukan Perdamaian dan Rekonsiliasi di Kawasan merupakan kerja sama AIPAR dengan UMY.
Foto: Wahyu Suryana/REPUBLIKA
ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPAR) menggelar seminar bertajuk Peran ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPAR) dalam Memajukan Perdamaian dan Rekonsiliasi di Kawasan merupakan kerja sama AIPAR dengan UMY.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- ASEAN membentuk institusi riset perdamaian Institute for Peace and Reconciliation (AIPAR). Menggandeng Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), AIPAR dikenalkan lewat seminar dihadiri dosen perguruan-perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Seminar bertajuk Peran ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPAR) dalam Memajukan Perdamaian dan Rekonsiliasi di Kawasan merupakan kerja sama AIPAR dengan UMY. Seminar membahas perdamaian Asia Tenggara di Ruang Amphiteater UMY.
 
Duta Besar RI, Chilman Arisman menjelaskan, salah satu alasan pemilihan UMY untuk mengenalkan AIPAR karena besarnya peran Muhammadiyah di Rakhine State. Ia melihat, Muhammadiyah aktif dalam memberikan bantuan kepada kaum Muslim di sana.
 
"Kami menganggap Muhammadiyah dan UMY merupakan garda terdepan, kami melihat ASEAN itu ada dan sangat dihargai karena memang ASEAN memiliki wahana untuk mengurai perbedaan, duduk bersama melakukan dialog," kata Chilman, Kamis (23/11).
 
Dalam sambutannya, Rektor UMY, Gunawan Budiyanto melihat, Indonesia memiliki peluang dalam perdamaian. Indonesia, dirasa memiliki peluang lebih besar untuk berbicara mengenai perdamaian dan rekonsiliasi.
 
Ia merasa, Indonesia sebagai salah satu ornamen perdamaian dan rekonsiliasi memiliki peran besar, apalagi akan ada bonus demografi. Gunawan pun mengungkap isu menarik yang dibawa Indonesi di forum rektor kampus-kampus Asia Pasifik.
 
The loss of humanity, menjadi isu yang dibawa perwakilan Indonesia. Konsep humanitas saat ini tidak dipandang sebagai sebuah ornamen kehidupan, tapi lebih dipandang sebagai konsep kecepatan dari bertemunya dua kepentingan.
 
"Sebagai upaya untuk mendukung perdamaian, UMY melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di beberapa daerah konflik seperti di Tawaw dan Davao," ujar Gunawan.
 
Sementara, Direktur Eksekutif AIPAR, Rezlan Ishar Jenie mengatakan, AIPAR hadir untuk mendorong studi-studi tentang perdamaian dan rekonsiliasi. Sebab, saat ini belum ada institusi yang fokus pada studi-studi perdamaian dan rekonsiliasi.
 
Untuk itu, ia memperkenalkan institusi AIPAR kepada sivitas-sivitas akademika dan masyarakat luas, dan melakukan kerjasama dengan mereka. Tujuannya, institusi bisa berkembang lebih jauh bersama dengan institusi pendidikan lainnya.
 
"Diharapkan bisa jadi masukan bagi pengambil kebijakan dalam menentukan norma-norma demi terwujudnya perdamaian dan rekonsiliasi di kawasan ASEAN," kata Rezlan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement