Kamis 23 Nov 2017 12:50 WIB

Pengungsi Gunung Agung Berkurang Signifikan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali akhirnya meletus. Puncak tertinggi di Pulau Dewata itu mengeluarkan asap hitam pada Selasa (21/11) sore, pukul 17.35 WITA dalam kondisi level siaga atau level tiga.
Foto: dok. PVMBG
Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali akhirnya meletus. Puncak tertinggi di Pulau Dewata itu mengeluarkan asap hitam pada Selasa (21/11) sore, pukul 17.35 WITA dalam kondisi level siaga atau level tiga.

REPUBLIKA.CO.ID, KLUNGKUNG -- Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Bali mencatat penurunan jumlah pengungsi pascaletusan freatik Gunung Agung, Selasa (21/11). Sehari sebelum letusan, jumlah total pengungsi mencapai 29.184 jiwa yang tersebar di 278 titik.

Pengungsi bertambah 60 jiwa menjadi 29.245 jiwa setelah terjadi letusan dengan titik sebaran sama. Dua hari setelah letusan, jumlah pengungsi berkurang signifikan 3.248 jiwa menjadi 25.997 jiwa yang tersebar di 229 titik pengungsian.

Pengurangan signifikan jumlah pengungsi terjadi di Kabupaten Bangli. Pengungsi yang awalnya berjumlah 3.536 jiwa di 53 titik menurun drastis menjadi tersisa 124 pengungsi.

Penambahan jumlah pengungsi terjadi di Kabupaten Karangasem yang sebagian besar masuk kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Agung. Pengungsi yang awalnya berjumlah 11.336 jiwa meningkat menjadi 11.492 jiwa per Rabu (23/11) malam.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Dewa Made Indra mengatakan pihaknya memang belum mengeluarkan instruksi atau imbauan untuk mengungsi kepada masyarakat di sekitar Gunung Agung. Sejauh ini mereka yang diwajibkan mengungsi adalah warga KRB III yang berada dalam radius 6-7,5 kilometer (km).

"Sampai sekarang belum ada instruksi untuk turun (mengungsi)," kata Made Indra, Kamis (23/11).

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Klungkung, Putu Widiada sebelumnya juga mengatakan tidak ada penambahan signifikan jumlah pengungsi di Gedung Olah Raga (GOR) Swecapura. Jumlah pengungsi di salah satu posko induk dan logistik itu hanya bertambah 40 orang dan terjadi malam hari setelah terjadi letusan pertama.

BPBD Bali dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau seluruh masyarakat, utamanya yang bermukim di sekitar Gunung Agung segera menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun pelindung mata mengingat adanya potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut (ISPA). Ini sebagai upaya antisipasi potensi bahaya abu vulkanik.

Menyikapi hal tersebut, Palang Merah Indonesia (PMI) Bali menugaskan sukarelawannya untuk mendistribusikan masker untuk masyarakat. Pembagian masker gratis ini dilakukan di Desa Sebudi hingga Amerta Buana, Karangasem.

"Kami sudah mendistribusikan kurang lebih 2.700 masker dibantu 40 sukarelawan," kata Koordinator Sektor Operasi Posko PMI Bali, Dedy Rimbawan kepada awak media.

PMI, kata Dedy juga membuka posko khusus di Tanah Ampo bekerja sama dengan lembaga lintas sektoral. Kegiatan yang dilakukan mulai dari penguatan shelter penampungan dan pengungsian, pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, dukungan psikososial untuk pengungsi anak-anak dan dewasa, serta distribusi bantuan peralatan kebersihan juga paket bayi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement