REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan kemungkinan letusan susulan dapat terjadi setelah gempa tremor terjadi kemarin sore. "Letusan terjadi kemarin pukul 17.05 WITA. Untuk hari ini letusannya relatif menurun, namun asapnya masih ada sekitar 400 hingga 700 meteran dari pos Pantau Gunung Agung," ujar Kasbani saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (22/11)
Rekomendasi dari hari kemarin hingga kini masih terpantau sama. Yakni, masyarakat tidak diperkenankan beraktivitas pada zona bahaya di radius enam kilometer dari kawah puncak Gunung Agung dan ditambah wilayah sektoral ke arah utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya sejauh 7,5 km. Masyarakat diharapkan tidak ada di wilayah tersebut sesuai rekomendasi oleh PVMG.
Kasbani menuturkan kemungkinan letusan kembali dapat terjadi. Namun, melihat aktivitas kegempaannya tidak ada peningkatan. Kemudian indikasi lain, dia menjelaskan, deformasi juga tidak menunjukkan level tinggi, kemungkinan kecil akan terjadi letusan. "Tetap stabil, sama. Tidak ada penambahan deformasi, pun dari sisi tremor juga ada sedikit peningkatan meski tak sebesar kemarin," ujarnya.
Gunung suci umat Hindu Bali itu mengeluarkan asap hitam cukup tebal setinggi 700 meter setelah letusan freatik terjadi Selasa (21/11) sore. Letusan freatik terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi.
Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma. Letusan freatik disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah.
Kasbani mengatakan untuk letusan magmatik belum ada tanda-tandanya. Status Gunung Agung masih berada pada level 3 atau siaga. Hal tersebut dapat saja terjadi dan menjadi level lebih tinggi. Bisa sebagai ledakan dedukutif lambat laun akan menurun juga meningkat. "Akan kita pantau terus," tutupnya.