REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bencana pergerakan tanah di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya terus meluas hingga mengakibatkan rumah penduduk mengalami kerusakan. Berdasarkan pendataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, hingga Ahad (19/11) kemarin, total bangunan rumah yang rusak mencapai 218 rumah.
Kepala Bidang Kedaruratan Logistik (Darlog) BPBD Kabupaten Tasikmalaya Ria Supriana menyarankan masyarakat yang terdampak bencana pergerakan tanah tidak menempati tempat tinggal mereka sementara ini. Dikhawatirkan pergerakan tanah bisa mengganggu keselamatan warga.
"Kami masih lakukan verifikasi terkait kerusakan rumah warga. Dari hasil pendataan memang sudah ada sekitar 218 bangunan yang dikabarkan rusak," katanya pada wartawan.
Ia menyebut, dua desa terdampak pergerakan tanah terparah terdapat di Desa Sukarasa dan Desa Jahiyang. Selain itu ada pula tiga rumah di Desa Kawungsari yang rusak akibat bencana pergerakan tanah.
"BPBD akan mengevaluasi apakah perlu memasang tenda darurat atau tidak. Sebab sejauh ini untuk tenda darurat belum pasang karena belum adanya permintaan," ujarnya.
BPBD memperkirakan bencana pergerakan tanah terus meluas. Apalagi dengan tingginya intensitas hujan yang terjadi di wilayah Tasikmalaya.
"Hingga Maret 2018 kami masih siaga banjir dan tanah longsor, sesuai dari intruksi BPBD Jabar. BPBD siaga evakuasi korban juga memetakan jalur evakuasi," ucapnya.
Diketahui, warga masih memilih untuk mengungsi ke rumah kerabat terdekat yang aman dari pergerakan tanah. Ada pula keluarga yang menempati Kantor Desa Sukarasa untuk sementara ini.