Sabtu 18 Nov 2017 21:44 WIB

TGB: Pendidikan Agama Modal yang Cukup Menjadi Pemimpin

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) saat peletakan batu pertama pembangunan pondok pesantren Nahdlatul Wathan (NW) Nurul Jannah, Ampenan, Mataram, NTB
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) saat peletakan batu pertama pembangunan pondok pesantren Nahdlatul Wathan (NW) Nurul Jannah, Ampenan, Mataram, NTB

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi mengajak mahasiswa dan seluruh anak bangsa yang menempuh pendidikan di jalur lembaga pendidikan agama, mulai dari pondok pesantren hingga pendidikan tinggi Islam termasuk IAIN untuk banyak bersyukur dan percaya diri. "Kita tidak akan bisa mengalirkan energi perubahan kalau tidak memiliki kepercayaan diri," ujar gubernur yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Sabtu (17/11).

Menurut TGB, bekal ilmu pendidikan agama sudah lebih dari cukup sebagai modal untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsa. "Modal pendidikan di IAIN ini sudah lebih dari cukup untuk menjadi apa saja, termasuk untuk menjadi pemimpin bangsa ini di masa depan," lanjut TGB.

Hanya saja, kata TGB, masih banyak mahasiswa yang menimba ilmu di lembaga tersebut tidak memiliki kepercayaan diri. Padahal apa yang ditanamkan pada lembaga ini sudah mencakup keseluruhan ilmu untuk menjadi pemimpin.

Hal ini juga pernah terjadi pada diri TGB, ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur NTB pada 2008 lalu. Saat itu, banyak masyarakat dan tokoh-tokoh yang meragukan keilmuannya untuk menjadi seorang gubernur. Namun, melalui pendekatan kepada masyarakat serta terus belajar, keraguan tersebut pun hilang bersama keberhasilan-keberhasilan yang dicapainya.

Saat itu TGB mengaku sempat menceritakan tentang latar belakang pendidikannya yang telah ditempuh, mulai dari paling rendah di madrasah dan pondok pesantren hingga program doktor di Kairo, Mesir. Semuanya pada jalur dan jenjang pendidikan Islam.

Namun ketika mencalonkan diri sebagai kandidat gubernur NTB pada tahun 2008, era di mana pertama kali seorang kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, TGB merasakan banyak pihak yang meragukan kemampuannya yang lulusan pesantren. Bahkan keraguan itu tidak saja datang dari luar tetapi juga dari para alumni pendidikan agama. Terlebih kandidat yang dihadapi pada waktu itu adalah para tokoh yang sebelumnya telah menjadi gubernur.

Hal itu menunjukkan, masih adanya rasa kurang percaya diri yang bila dibiarkan akan menghambat kemajuan bangsa. TGB mengajak para pemuda Pontianak untuk meneguhkan komitmen kebangsaan, yaitu dengan menjaga dan menjalankan nilai-nilai kebaikan dalam Pancasila, sebagaimana yang dilakukan oleh para pendiri bangsa. Termasuk menghayati setiap butir Pancasila tersebut sebagai modal berharga membangun bangsa.

Mahasiswa atau pemuda, lanjut TGB, harus memahami bagaimana para pendiri bangsa ini menuangkan konsep Pancasila itu dengan rapi dan sistematis. Misalnya, para pendiri bangsa ini meletakkan konsep spiritual pada sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Lalu dalam pembukaan UUD 1945 terdapat konsep spiritual yang berbunyi Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa" sebagai konsep yang lahir dari tokoh tokoh yang memiliki Ubudiyah tinggi. "Ini sejalan dengan misi kita di dunia saat Allah menciptakan kita, yaitu tidaklah Allah menciptakan manusia kecuali hanya beribadah kepada-Nya," tegas TGB.

Selain misi untuk beribadah kepada Allah, TGB mengingatkan pemuda untuk tidak lupa pada misi kedua. Yakni membangun bumi Allah ini dengan pembangunan fisik yang mempunyai nilai kebaikan. Kalau konsep ini terus diperjuangkan oleh pemuda, maka apa yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari membangun agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement