REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Garut, Jawa Barat, menilai kopi yang diproduksi daerah ini belum memberikan keuntungan bagi pengusaha lokal melainkan hanya menguntungkan pengusaha dari luar kabupaten ini
"Harus diakui jika yang menikmati keuntungan adalah para penjual yang bukan orang Garut, sedangan petani kopi belum menikmati keuntungan sempurna, apalagi penyangrai dan penjual lokalnya," kata Wakil Ketua Kadin Garut Bidang Infrastruktur, Properti, dan Kawasan Industri, Agus Alfaz kepada wartawan di Garut, Jumat (17/11).
Ia menuturkan, selama ini kopi khas dari Kabupaten Garut hanya menguntungkan para pengusaha dari luar Garut dengan berbagai cara dan pola untuk mendapatkan keuntungan.
Sementara kopi dari Garut itu, kata dia, belum menjadi industri skala kecil maupun besar, sehingga hasilnya belum dapat memberikan keuntungan bagi petani, penyangrai, hingga penjual kopi lokal.
"Untuk bisa menuju keuntungan yang menyeluruh, harus ada pembinaan dari semua pihak, terutama pemerintah, mulai petani kopinya, juga masalah lahan kopinya agar dimanfaatkan maksimal, dan harus ada bibit kopi unggulan," katanya.
Ia mengungkapkan, kopi dari Garut sedang menghadapi banyak persoalan, di antaranya mulai dari lahan, dan pembenihan, padahal produknya sudah banyak dikenal oleh para penikmat kopi.
Menurut dia, kopi yang yang ditanam di hutan Garut itu menjadi salah satu produk unggulan karena kualitasnya bagus, serta memiliki kelebihan lainnya yang tidak ada pada kopi dari daerah lain. "Padahal saat ini kopi Garut kembali dikenal, bahkan sangat luas, namun hanya dinikmati secara alamiah saja, sangat tradisional sekali, dan belum ada kawasan kopi Garut sesungguhnya," katanya.
Ia menambahkan, perlu adanya pengaturan dalam penjualan kopi untuk menstabilkan harga, sehingga dapat mengikuti harga standar dunia.
Jika tidak ada regulasi harga kopi, Agus khawatir yang mengaturnya adalah para tengkulak hingga ahkhirnya tidak menguntungkan petani kopi. "Jadi harus ada standarisasi harga kopi, karena kopi Garut ini kopi berkelas, sehingga jangan kemudian harganya diatur oleh para tengkulak besar yang tidak menguntungkan petani," katanya.