Ahad 19 Nov 2017 07:33 WIB

Bekal Kubur Sebagai Bekal Akhirat

Pemakaman Baqi diperuntukan bagi jamaah haji yang wafat di Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Dewi Mardiani
Pemakaman Baqi diperuntukan bagi jamaah haji yang wafat di Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Akbar*

Hampir semua bangsa meyakini manusia pasti mati. Hampir semua bangsa meyakini ada kehidupan setelah kematian. Hampir semua bangsa bersiap-siap dan menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian.

 

Ada bangsa yakin tubuh manusia yang sudah meninggal harus diawetkan karena masih dibutuhkan saat manusia tersebut hidup lagi di alam berikutnya. Manusia yang mati juga perlu diberi tanda dan bekal agar dapat dikenali dan hidup layak di alam berikutnya.

 

Itulah sebabnya ia dimakamkan bersama dengan tanda-tanda jabatan, simbol-simbol status, dan harta benda. Dalam arkeologi, benda-benda tersebut dikenal dengan istilah grave good atau funeral gift. Untuk melindungi jasad dan bekal kubur tersebut dibuatlah bangunan besar yang menyulitkan orang jahat untuk mencurinya. Bangunan makam beragam bentuknya, misalnya di Mesir berbentuk piramid.

 

Apa bekal kubur yang dibutuhkan oleh umat Islam? Ketika seorang Muslim meninggal, tidak ada harta kekayaan yang dibawa, tidak ada tanda jabatan dan status yang melekat di tubuhnya. Tubuhnya pun nanti akan hancur bercampur dengan tanah.

 

Allah subhanahu wa ta'ala sebagai Sang Pencipta, meminta manusia untuk tunduk dan mengabdi kepada-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam salah satu ayat berikut:

 

Adh-Dhāriyāt (51):56 - Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Bukti bahwa manusia tunduk adalah dengan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Amal ibadah manusia itulah yang menjadi menjadi bekal ketika manusia hidup lagi di akhirat. Mengingat hidup kita di dunia sangatlah singkat, maka perlu investasi cermat.

 

Persoalannya adalah kita tidak tahu berapa saldo pahala atau jumlah amal ibadah kita yang sudah terkumpul.

Persoalannya adalah kita tidak punya transkrip dosa, rekapitulasi kesalahan, dan manifes perjalanan hidup kita. Persoalannya adalah kita tidak tahu apakah total pahala yang masih tersisa, cukup untuk dapat hidup selamanya di akhirat.

 

Semoga kita segera membuat quick count sebelum Sang Pencipta membuat real count. Perbanyaklah ibadah selama kita masih hidup, karena kita tidak dapat beribadah lagi ketika telah meninggal. Perbanyak jugalah investasi untuk akhirat, karena amalnya tidak terputus meskipun kita telah meninggal.

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, anak shaleh yang mendoakan orang tuanya." 

 

Semoga kita meninggal dan dikuburkan tanpa bekal materi atau harta benda. Semoga kita meninggal ditemani amal ibadah kita. Semoga kita disirami dengan minimal tiga perkara yang terus mengalir manfaatnya meskipun kita telah meninggalkan dunia untuk selamanya. Wallahu a'lam.

 

*Doktor arkeologi lulusan UI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement