REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan titik rawan bencana banjir di kota itu bertambah. Hal ini akibat jebolnya irigasi di Kelurahan Taman Sari.
Kepala Bidang Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram I Made Gede Yasa di Mataram, Kamis (16/11), mengatakan, jumlah titik rawan banjir di Mataram awalnya hanya enam titik kini menjadi tujuh titik. "Tujuh titik tersebut adalah, Abian Tubuh, Pagutan, Kekalik, Sekarbela, Karang Pule, Jalan Bung Karno dan terakhir Taman Sari," katanya.
Selama musim hujan, katanya, tujuh titik tersebut menjadi lokasi prioritas pemantauan karena dari tahun ke tahun kawasan itu selalu menjadi "langganan" banjir. Banjir tersebut disebebkan banyak faktor, diantaranya intensitas hujan tinggi, sampah, dan air kiriman dari hulu, sementara saluran dan sungai yang ada tidak dapat menampung debit air.
"Begitu juga di Kelurahan Taman Sari, sekarang kami harus ekstra melakukan pengawasan jika tidak air irigasi akan masuk ke perkampungan penduduk," katanya.
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi air masuk ke permukiman penduduk di Kelurahan Taman Sari, telah dibuatkan talut sementara dengan menggunakan karung berisi pasir. Harapannya, talut tersebut bisa bertahan hingga pemerintah kota membangun talut permanen di kawasan tersebut. Sebagai daerah hilir Mataram sangat rentan dengan bencana tanggung jebol, dan longsor.
"Untuk antisipasi sementara waktu, kami masih memiliki ribuan stok karung yang bisa menjadi talut sementara," katanya. Ribuan stok karung yang disiapkan itu, sebagai antisipasi jika terjadi abrasi pantai yang selama ini selalu terjadi ketika musim angin barat.
Sedangkan terkait dengan pengawasan, puluhan tim reaksi cepat (TRC), terus melakukan patroli mengawasi sejumlah titik rawan banjir dan kawasan pesisir pantai. "Petugas kami siaga 24, memantau kondisi pada daerah rawan bencana," katanya.